" Pak, saya beli air mineralnya satu! " ucapku yang sudah tidak kuat lagi menahan tenggorokan yang sudah sangat kering.
" Ini neng, " bapak tersebut menyodorkan satu botol air mineral yang aku minta.
" Terimah kasih, pak, hmmzzz.... saya izin numpang duduk di sini boleh, pak? "
" Oh iya neng, silahkan! ini neng lagi cari pekerjaan? " tanya bapak penjual asongan tersebut dengan logat sundanya.
" iya pak, saya lagi cari pekerjaan, tapi, sudah hampir setengah hari saya masih belum mendapatkannya, pak. "
" Ya....begitulah neng, hidup dikota besar sangatlah susah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, apalagi tidak memiliki modal yang benar-benar cukup, neng! " jelas bapak asongan tersebut sambil melayani pembeli.
" Iya pak, benar. " kataku lalu meneguk air mineral.
" Benar yang dikatakan oleh bapak ini, mencari pekerjaan di kota besar memanglah sangat sulit, apalagi diriku tidak memiliki modal yang cukup. Terus aku harus bagaimana, apa aku berani pulang ke rumah tanpa membawa kabar aku di terima kerja. Aarrrgghhh! aku tidak bisa, aku tidak kuat mengatakannya. "
" Neng, kamu bisa memasak? " tanya bapak asongan secara tiba-tiba yang langsung mengkagetkanku dari pikiran yang sedang berkecamuk.
" Alhamdulillah bisa pak, memangnya kenapa? " tanyaku heran.
" Majikan istrinya bapak lagi butuh asisten rumah tangga yang bisa melakukan semua pekerjaan rumah sama bisa ngurusin anak kecil, neng. Mungkin siapa tahu kamu di terima kerja di sana, tapi, jika nengnya mau? " mendengar penjelasaan bapak tersebut, membuat hati ini terasa bangkit lagi.
" Pasti saya maulah pak, pekerjaan apapun itu yang penting halal! " hatiku seketika langsung berbunga-bunga." Ya, Allah hamba percaya padamu engkau pasti akan selalu memberikan jalan tanpa terduga. "
" Tapi, tunggu waktu sore dulu ya neng! "
" Baiklah pak, sampek kapan pun yang penting saya dapat pekerjaan, hehehe.... ya sudah saya bantu bapaknya jualan! "
" Ya Allah, sekali lagi hamba berterimah kasih pada-Mu. "
*****
Sesuai dengan janji pak Hari jika hari sudah sore, beliau akan mengajakku pergi menemui istrinya. Setelah berjalan cukup lama, akhinya sampai di sebuah rumah yang sudah terlihat seperti istana dari luar gerbang besi yang menjulang tinggi dengan kokohnya.
Beberapa saat kemudian setelah menekan bel rumah, keluarlah wanita separuh baya membukakan gerbang yang menjulang ke atas tersebut, lalu wanita itu menghampiri pak hari dan besalaman mencium tangannya. Aku sudah menebanya bahwa wanita tersebut adalah istrinya pak Hari.
" Ini istiku neng, namanya mirna " wanita itu menatap bingung ke arah suaminya. Mungkin karena pak Hari membawa seorang gadis menemuinya.
" Ini namanya neng Aulia, dia mau melamar kerja sebagai seorang pembantu di rumah majikanmu, bukannya majikanmu membutuhkan pembantu! " jelas pak Hari yang diiringi anggukan istrinya.
" Oh iya, mulai dari kemarin ibu mencari asisten baru tapi tidak ada yang cocok! ya sudah ayo masuk ke dalam! "
" Kalau begitu bapak pulang dulu ya? "
" Baiklah, hati-hati ya, pak! "
" Iya."
Melihat langkah Pak Hari yang sudah mulai menjauh, Bi Mirna pun menuntunku memasuki rumah bak istana tersebut. Diriku hanya mengekor saja mengikuti langkah kaki Bi Mirna yang sudah berbelok-belok berkali-kali entah kemana dan terlihatlah seorang perempuan duduk santai membaca koran di kursi taman dekat dengan kolam ikan di bawah pohon rindang.
" Ibu. " ucap Bi Mirna pelan membuat wanita tersebut menoleh.
" Iya, ada apa, bi? " jawab perempuan itu dengan lembut, Bi Mirna pun mengisyaratkanku untuk melangkah lebih maju.
" Ini saya membawa seorang gadis yang mau melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, bu! "
" Oh..... " wanita itu pun berdiri menghampiriku dan ternyata dia adalah orang yang sangat aku kenal. Amanda septhian namanya, seorang arsitektur terkenal dan semua hasil karyanya mendunia. Dan juga beliau pernah menjadi bintang tamu di acara lepas pisah di sekolahku.
" Masih muda ternyata! " ucapan Bu Amanda tersenyum padaku, membuat diriku merasa gugup karena kata Bi Mirna sudah banyak sekali asisten yang melamar sebagai asisten rumah tangganya, tapi semuanya di tolak karena tidak cocok dengannya.
" Baiklah, duduk disini aku mau mengenal lebih dalam dirimu! "
Aku hanya mengangguk mengikuti yang diperintahkan beliau, yang terbesit di dalam fikiranku adalah " Ya Allah berikan hamba kemudahan dan lancarkanlah semua urusan hamba. "
by: Sania Sya'roni