MENGENAL TENTANG WAZAN-WAZAN KALIMAT FI'IL
Diperuntukkan fi'il madhi ada 35 wazan diantaranya :
-
3 untuk fi'il madhi
tsulatsi mujarrad
-
12 untuk fi'il
madhi tsulatsi mazid
-
1 untuk fi'il madhi
ruba'i mujarrad
-
7 untuk fi'il madhi
yang mulhaq dengan ruba'i mujarrad
-
3 untuk fi'il madhi
ruba'i mazid
-
9 untuk fi'il madhi
yang mulhad dengan ruba'i mazid
WAZAN-WAZAN FI'IL MADHI TSULATSI MUJARRAD
Adapun fi'il madhi tsulatsi mujarrad mempunyai 3 wazan
yaitu: (فَعَلَ - فَعِلَ - فَعُلَ)
1. WAZAN FA'ALA DENGAN DIBACA FATHAH 'AIN FI'IL MADHINYA
Contohnya: KATABA (كَتَبَ) , JALASA(جَلَسَ) &
FATAHA(فَتَحَ) . Sedangkan dalam fi'il
mudhari'nya ada beberapa macam bacaan:
-
Dhommah 'ain fi'ilnya
(عُ) seperti KATABA = YAKTUBU(كَتَبَ - يَكْتُبُ)
-
Kasrah 'ain
fi'ilnya (عِ) seperti JALASA =
YAJLISU(جَلَسَ - يَجْلِسُ)
-
Fathah 'ain
fi'ilnya (عَ) seperti FATAHA =
YAFTAHU(فَتَحَ - يَفْتَحُ)
BAB FA'ALA - YAF'ULU
Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan
fi'il mudhori'nya dibaca dengan dhommah 'ain fi'ilnya.
1.
Tidak ada yang
dibuang, Sohih dan Salim seperti: نَصَرَ - يَنْصُرُ
2.
Mahmuz Fa' (yang
fa' fi'ilnya terbuat dari hamzah) seperti: أَخَذَ - يَأْخُذُ
3.
Ada yang dibuang
dalam bina` Ajwaf Wawi (bentuk asli 'ain fi'ilnya dari huruf wawu) & Naqish
Wawi (bentuk asli lam fi'ilnya dari huruf wawu) seperti:
قَالَ - يَقُوْلُ , دَعَى - يَدْعُو
4.
Mudha'af Muta'addiy
(yang dilipatkan dengan cara menyatukan lam dan 'ain fi'ilnya serta tidak ada
penyakitnya = huruf 'illatnya) seperti: مَدَّ - يَمُدُّ
5.
Syadz (menyimpang
dari wazannya) seperti: حَبَّ - يَحُبُّ
Adapun sebagian dari beberapa fi'il madhi syadz ada dua
macam bacaan dalam fi'il mudhari'nya seperti:
(بَتَّ = يَبُتُّ , عَلَّ
= يَعُلُّ يَعِلُّ , نَمَّ = يَنُمُّ يَنِمُّ , شَدَّ = يَشُدُّ يَشِدُّ , رَمَّ =
يَرُمُّ يَرِمُّ , هَرَّ= يَهُرُّ يَهِرُّ)
yang telah disebutkan dalam pilihan contoh-contoh ini
dihukumi fi'il yang menyimpang dari ukuran wazannya.
Sedangkan bab ini khusus membahas kalimat fi'il yang
mempunyai makna (arti) kemenangan (kebebasan) yang ditempatkan pada makna
mubalaghah (melampaui / berlebihan / menyampaikan) dan mufakharah (kemuliaan /
kemegahan). Contohnya:
كَاتَبَنِيْ = Telah dinuliskan ku maka artinya sama dengan كَتَبْتُهُ = aku telah menulis kepadanya atau اَكْتُبُهُ = aku menulis untuknnya
Penjelasannya: (Telah dikrimkan kepadaku suatu tulisan)
maka sama dengan (Telah aku kirim suatu tulisan untuknya).
Oleh karena itu fi'il yang dimubalaghahkan atau di
mufakharahkan harus fi'il yang muta'addi (yang tidak ada huruf 'illatnya) dan
bentuk aslinya harus lazim (utuh) seperti lafadz: قَعَدَ (yang utuh hurufnya) disebutkan sebagai contoh:
قَاعَدَنِيْ = Telah didudukkan ku maka sama artinya
dengan قَاعَدْتُهُ = telah aku
dudukan dia atau اَقْعُدُهُ = aku dudukan dia
Maka jika Tsulasti Mujarradnya fi'ilnya muta'addi seperti
itu pula pada fi'il mubalaghah dan mufakharahnya.
Setiap fi'il yang bermakna balaghah dan mufakharah akan
disempurnakan (diterangkan) dalam bab ini. seperti yang dicontohkan dalam
lafadz:
نَزَلَ - يَنْزِلُ (turun)
menjadi نَازَلَنِيْ (diturunkanku
/ menurunkanku),
خَصَمَ - يَخْصِمُ (lawan /
musuh) menjadi خَاصَمَنِيْ
(dilawanku / melawanku / dimusuhiku / memusuhiku),
عَلِمَ - يَعْلَمُ (belajar)
menjadi عَالَمَنِيْ (diajariku /
mengajariku)
Kecuali fi'il madhinya terbentuk dari binak Mitsal Wawi
yang dikasrahkan 'ain fi'il mudhari'nya seperti: وَعَدَ - يَعِدُ, atau dari binak Ajwaf Ya`i
seperti: بَاعَ - يَبِيْعُ, atau
yang Mu'tal Akhir dengan Ya` seperti: رَمَى - يَرْمِيْ.
Maka dalam fi'il mubalaghohnya ditetapkan seperti biasanya.
BAB FA'ALA - YAF'ILU
Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan
fi'il mudhari'nya dibaca dengan kasroh.
-
Dengan catatan
dalam fi'il mudhari' binak mitsal wawinya dibuang fa' fi'ilnya, seperti: وَثَبَ يَثِبُ
-
Dengan syarat lam
fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh
di lam fi’il mudhori’nya seperti:
وَضَعَ يَضَعُ , وَقَعَ يَقَعُ , وَسِعَ يَسَعُ , وَطِئَ يَطَأُ
-
Ajwaf Ya`i,
seperti: شَابَ يَشِيْبُ
-
Mu'tal Akhir dengan
Ya`, seperti: قَضَى يَقْضِيْ
-
Dengan syarat 'ain
fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh
di lam fi’il mudhori’nya, seperti: سَعَى يَسْعَى , نَعَى
يَنْعَى
-
Mudho'af Lazim,
seperti: فَرَّ يَفِرُّ
Jika tidak memenuhi syarat dan ketentuan diatas maka itu
berbeda / menyimpang dari ukuran wazannya.
BAB FA’ALA - YAF’ALU
Fi’il madhinya dibaca dengan fathah, fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah
juga. Yang sering terjadi untuk mengikuti wazan ini biasanya ‘ain dan lam
fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti: فَتَحَ يَفْتَحُ , سَأَلَ يَسْأَلُ , وَضَعَ يَضَعُ
Karena tidak ada kalimat fi’il yang ‘ain fi’il madhi & mudhari’nya
dibaca fathah kecuali ‘ain dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti:
سَأَلَ يَسْأَلُ , ذَهَبَ يَذْهَبُ , جَعَلَ يَجْعَلُ ,
شَغَلَ يَشْغَلُ , فَتَحَ يَفْتَحُ , شَدَخَ يَشْدَخُ
Adapun pada contoh أَبَى يَأْبَى , رَكَنَ يَرْكُنُ
ini dihukumi Syadz (melenceng dari ukuran
wazannya).
Karena lafadz أَبَى يَأْبِيْ boleh mengikuti bab wazan فَعَلَ يَفْعِلُ
dengan dibaca fathah ‘ain fi’il madhinya dan kasroh ‘ain
fi’il mudhari’nya. Dan juga boleh dibaca رَكَنَ يَرْكُنُ dengan fathah fi’il madhinya dan dhommah ‘ain fi’il
mudhari’nya, dan dibaca رَكِنَ يَرْكَنُ
dengan kasroh ‘ain fi’il madhinya dan fathah ‘ain fi’il mudhari’nya.
Bukan suatu keharusan jika ada ‘ain dan lam fi’il yang terdiri dari huruf
halqi untuk dibaca fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya, karena ada contoh
yang tidak mengikuti bab wazan ini (fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’),
seperti:
دَخَلَ يَدْخُلُ , رَغِبَ يَرْغَبُ , بَغَى يَبْغِيْ , سَمِعَ
يَسْمَعُ , نَبُهَ يَنْبُهُ
Dan
lain sebagainya yang tidak dapat disebutkan dalam pembahasan ini.
2. WAZAN FA'ILA DENGAN DIBACA KASROH 'AIN FI'IL MADHINYA
Contohnya: ‘ALIMA (عَلِمَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali
dibaca fathah ‘ain fi’ilnya seperti: يَعْلَمُ karena sesungguhnya setiap fi’il madhi yang
‘ain fi’ilnya dibaca kasroh maka fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah ‘ain
fi’ilnya.
Kecuali
ada 4 yang syadz :
1. Kasrah
‘ain fi’il madhi dan mudhari’nya, serta juga boleh dibaca fathah pada fi’il
mudhari’nya, adapun pendapat yang pertama lebih sahih:
حَسِبَ يَحْسِبُ يَحْسَبُ , بَئِسَ يَبْأَسُ يَبْئِسُ , نَعِمَ يَنْعَمُ , يَئِسَ
يَيْأَسُ يَيْئِسُ
2.
Dan yang Syadz lainnya seperti :
وَرِثَ يَرِثُ , وَمِقَ يَمِقُ , وَرِمَ يَرِمُ , وَثِقَ يَثِقُ , وَرِيَ يَرِي
, وَفِقَ يَفِقُ
Tidak ada dari contoh diatas kecuali dibaca
dengan kasroh ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya. Kecuali ada 1 lafadz yang bisa dibaca fathah ‘ain fi’il
madhinya dan kasroh ‘ain fi’il mudhari’nya (menurut yang lebih sohih): وَرَى يَرِي
Dan banyak dipembahasan ini kalimat fi’il yang menunjukkan terhadap kalimat
yang ber’illat (berpenyakit) dan ahzan (kurang / tidak sempurna) dan yang berlawanan
dengan keduanya. Seperti lafadz سَقِمَ حَزِنَ فَرِحَ . dan yang menunjukkan atas kekosongan dan kepenuhan seperti عَطِشَ شَبِعَ . dan yang menunjukkan bermacam macam warna,
menyindir / mencela, perhiasan seperti سَوِدَ عَرِجَ دَعِجَ
3. WAZAN FA'ULA DENGAN DIBACA DHOMMAH 'AIN FI'IL MADHINYA
Contohnya: HASUNA (حَسُنَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali
dibaca dhommah ‘ain fi’ilnya seperti: يَحْسُنُ .
Diterangkan dalam bab ini kalimat fi’il yang menunjukkan perilaku /
perangai dan tabiat / watak yang tetap seperti:
كَرُمَ عَذُبَ حَسُنَ شَرُفَ جَمُلَ قَبُحَ
Dan juga setiap fi’il yang menunjukkan kekaguman, memuji, dan merendahkan
semuanya terkait dengan pembahasan ini, jika tidak ditemukan dalam bab ini
silahkan kembali ke pembahasan Af’alul Madhi wadz Dzammi (fi’il untuk memuji
dan merendahkan), seperti contoh: “Seorang laki-laki telah ditetapkan (ditulis)
sebagai seorang yang beruntung” dengan tujuan arti “Apa yang aku tuliskan untuk
dia laki-laki” yang bermaksud untuk memuji dan mengagumi.
Dan tidak ada kalimat fi’il yang mengikuti wazan fa’ula kecuali utuh bentuk
tsulatsinya dan tidak ber’illat, karena sesungguhnya tidak ada watak / tabiat
seseorang kecuali melekat kepada dirinya. Seperti kekuatan dan tabiat:
(kemuliaan dan kajahatan / keji), atau kebiasaan atas sesorang seperti: (berilmu
pengetahuan dan pandai berbicara) yang maknanya “seseorang itu telah menjadi
orang yang berilmu dan berdakwah” dan contoh lainnya.
KETERANGAN
Dan adapun harokat ‘ain fi’il amarnya dari setiap wazan yang disebut diatas
sama seperti bacaan harokat ‘ain fi’il mudhori’nya, seperti: اُنْصُرْ اُجْمُلْ اِرْجِعْ اِسْأَلْ اِعْلَمْ
Semua wazan yang diterangkan adalah wazan sama’i (diterima secara
pendengaran), kecuali pada lafadz / kalimat yang dikeluarkan / dibuang dari
wazan.
Adapun wazan – wazannya tsulatsi mazid semuanya qiyasi (ada patokan /
takaran / ukurannya) seperti itu pula wazan dari ruba’i mujarrad.