Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam

Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam
M E N U
  • HOME
  • BIOGRAFI ULAMA'
  • BAHTSUl MASAIL
  • Info & Berita Islami
  • Kajian
  • _Tajwid
  • _Bahasa Arab
  • _Shorrof
  • _Nahwu
  • _Fiqh
  • _Tasawwuf
  • _Ibroh
  • _Lirik dan Syair
  • Amalan Harian
  • Cerpen & Novel
  • _Cerpen Cerdas
  • _Cerpen Islami
  • _Novel islami
  • _Mimpi di atas Awan
  • _Tanda Titik
  • _Azwidatul Azkiya'
  • Bisnis Online

JADWAL UPDATE ARTIKEL

  • SENIN: Biografi Ulama' (Informasi & Cerita)
  • SELASA: Fiqh & Hadits
  • RABU: Bahasa Arab, Nahwu & Shorrof
  • KAMIS: Al Qur'an (Tajwid)
  • SABTU: Ibroh & Lirik Sya'ir
  • AHAD: Amalan Harian

Home » Bahasa Arab

Bahasa Arab Nahwu Shorrof Tashrif

Jenis-jenis kata dalam bahasa arab. Berikut Penjelasannnya

 



Hai sobat cendekiawan santri... Kali ini kami akan membahas jenis-jenis kata dalam bahasa arab. Bahasa arab tidaklah jauh berbeda dari bahasa-bahasa lainnya. Bahkan bisa di katakan, bahasa arab merupakan bahasa terindah di dunia. Karena bahasa arab sendiri memiliki banyak keutamaan, seperti bahasa arab adalah bahasanya Al-qur'an yang tidak akan bisa di ubah kata-katanya, bahasa arab adalah bahasa yang di pakai di surga nanti, dan keutamaan-keutamaan lainnya. 

Dalam bahasa arab sama juga dengan bahasa lainnya yang tersusun dari kalimat. Dan kalimat itu tersusun dari beberapa kata. Jenis kata dalam bahasa arab hanya terdiri dari 3 kata, yaitu Isim, Fi'il, dan Huruf. Baiklah, berikut ini kami akan jelaskan satu persatu dari 3 jenis kata itu. 

1.Isim

Isim adalah Kata benda atau Kata yang tidak memiliki ikatan dengan waktu. Contoh : Nama orang :(Zaid) زَيْدٌ,Nama Hewan :(sapi) بَقَرٌ,Nama Tumbuhan/buah :(kurma)تَمَرٌ,Nama Kota :(Kota Madinah)مَدِيْنَةٌ,Kata kerja yang dijadikan kata benda : (pukulan) ضَرْبٌ,dan Kata-kata benda yang lainnya. 

2. Fi'il 

Fi'il adalah Kata kerja atau kata yang memiliki ikatan dengan waktu baik waktu lampau, sedang, atau akan datang. Contoh : 

  • Lampau(sudah terjadi)  :ضَرَبَ(telah memukul)
  • Sedang atau akan terjadi :يَضْرِبُ(sedang/akan memukul) 
3. Huruf

Huruf adalah Kata sambung. Jadi, kata huruf itu tidak bisa berdiri sendiri dan butuh adanya Kata lain untuk bisa dipahami. Contoh :مِنْ(dari). Kata "dari" itu butuh dengan kata lain tidak bisa berdiri sendiri karena akan menimbulkan banyak pertanyaan, misal "dari mana","siapa yang dari mana",dll. Itulah huruf karena ia hanyalah kata sambung. 

Demikianlah penjelasan secara simple nya tentang jenis-jenis kata dalam bahasa arab. Wallahu a'lam. 

read more
Bahasa Arab Jamiuddurus Juz 1 - Bab 1

Terjemah Bab Wazan Tsulatsi Mujarrad (Jamiuddurus, Juz 1 - Hal. 213)

MENGENAL TENTANG WAZAN-WAZAN KALIMAT FI'IL

Diperuntukkan fi'il madhi ada 35 wazan diantaranya :

-       3 untuk fi'il madhi tsulatsi mujarrad

-       12 untuk fi'il madhi tsulatsi mazid

-       1 untuk fi'il madhi ruba'i mujarrad

-       7 untuk fi'il madhi yang mulhaq dengan ruba'i mujarrad

-       3 untuk fi'il madhi ruba'i mazid

-       9 untuk fi'il madhi yang mulhad dengan ruba'i mazid

 


WAZAN-WAZAN FI'IL MADHI TSULATSI MUJARRAD

Adapun fi'il madhi tsulatsi mujarrad mempunyai 3 wazan yaitu: (فَعَلَ - فَعِلَ - فَعُلَ)

 


1.  WAZAN FA'ALA DENGAN DIBACA FATHAH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: KATABA (كَتَبَ) , JALASA(جَلَسَ)  & FATAHA(فَتَحَ) . Sedangkan dalam fi'il mudhari'nya ada beberapa macam bacaan:

-       Dhommah 'ain fi'ilnya (عُ) seperti KATABA = YAKTUBU(كَتَبَ - يَكْتُبُ)

-       Kasrah 'ain fi'ilnya (عِ) seperti JALASA = YAJLISU(جَلَسَ - يَجْلِسُ)

-       Fathah 'ain fi'ilnya (عَ) seperti FATAHA = YAFTAHU(فَتَحَ - يَفْتَحُ)

 

 

BAB FA'ALA - YAF'ULU

Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan fi'il mudhori'nya dibaca dengan dhommah 'ain fi'ilnya.

1.    Tidak ada yang dibuang, Sohih dan Salim seperti: نَصَرَ - يَنْصُرُ

2.    Mahmuz Fa' (yang fa' fi'ilnya terbuat dari hamzah) seperti: أَخَذَ - يَأْخُذُ

3.    Ada yang dibuang dalam bina` Ajwaf Wawi (bentuk asli 'ain fi'ilnya dari huruf wawu) & Naqish Wawi (bentuk asli lam fi'ilnya dari huruf wawu) seperti:

قَالَ - يَقُوْلُ , دَعَى - يَدْعُو

4.    Mudha'af Muta'addiy (yang dilipatkan dengan cara menyatukan lam dan 'ain fi'ilnya serta tidak ada penyakitnya = huruf 'illatnya) seperti: مَدَّ - يَمُدُّ

5.    Syadz (menyimpang dari wazannya) seperti: حَبَّ - يَحُبُّ

 

Adapun sebagian dari beberapa fi'il madhi syadz ada dua macam bacaan dalam fi'il mudhari'nya seperti:

(بَتَّ = يَبُتُّ , عَلَّ = يَعُلُّ يَعِلُّ , نَمَّ = يَنُمُّ يَنِمُّ , شَدَّ = يَشُدُّ يَشِدُّ , رَمَّ = يَرُمُّ يَرِمُّ , هَرَّ= يَهُرُّ يَهِرُّ)

yang telah disebutkan dalam pilihan contoh-contoh ini dihukumi fi'il yang menyimpang dari ukuran wazannya.

 

Sedangkan bab ini khusus membahas kalimat fi'il yang mempunyai makna (arti) kemenangan (kebebasan) yang ditempatkan pada makna mubalaghah (melampaui / berlebihan / menyampaikan) dan mufakharah (kemuliaan / kemegahan). Contohnya:

 

كَاتَبَنِيْ = Telah dinuliskan ku maka artinya sama dengan كَتَبْتُهُ = aku telah menulis kepadanya atau اَكْتُبُهُ = aku menulis untuknnya

 

Penjelasannya: (Telah dikrimkan kepadaku suatu tulisan) maka sama dengan (Telah aku kirim suatu tulisan untuknya).

 

Oleh karena itu fi'il yang dimubalaghahkan atau di mufakharahkan harus fi'il yang muta'addi (yang tidak ada huruf 'illatnya) dan bentuk aslinya harus lazim (utuh) seperti lafadz: قَعَدَ (yang utuh hurufnya) disebutkan sebagai contoh:

 

قَاعَدَنِيْ = Telah didudukkan ku maka sama artinya dengan قَاعَدْتُهُ = telah aku dudukan dia atau اَقْعُدُهُ = aku dudukan dia

 

Maka jika Tsulasti Mujarradnya fi'ilnya muta'addi seperti itu pula pada fi'il mubalaghah dan mufakharahnya.

 

Setiap fi'il yang bermakna balaghah dan mufakharah akan disempurnakan (diterangkan) dalam bab ini. seperti yang dicontohkan dalam lafadz:

 

نَزَلَ - يَنْزِلُ (turun) menjadi نَازَلَنِيْ (diturunkanku / menurunkanku),

 

خَصَمَ - يَخْصِمُ (lawan / musuh) menjadi خَاصَمَنِيْ (dilawanku / melawanku / dimusuhiku / memusuhiku),

 

عَلِمَ - يَعْلَمُ (belajar) menjadi عَالَمَنِيْ (diajariku / mengajariku)

 

Kecuali fi'il madhinya terbentuk dari binak Mitsal Wawi yang dikasrahkan 'ain fi'il mudhari'nya seperti:  وَعَدَ - يَعِدُ, atau dari binak Ajwaf Ya`i seperti:  بَاعَ - يَبِيْعُ, atau yang Mu'tal Akhir dengan Ya` seperti:  رَمَى -  يَرْمِيْ. Maka dalam fi'il mubalaghohnya ditetapkan seperti biasanya.

 

 

BAB FA'ALA - YAF'ILU

Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan fi'il mudhari'nya dibaca dengan kasroh.

-       Dengan catatan dalam fi'il mudhari' binak mitsal wawinya dibuang fa' fi'ilnya, seperti: وَثَبَ يَثِبُ

-       Dengan syarat lam fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh di lam fi’il mudhori’nya seperti:

وَضَعَ يَضَعُ , وَقَعَ يَقَعُ , وَسِعَ يَسَعُ , وَطِئَ يَطَأُ

-       Ajwaf Ya`i, seperti: شَابَ يَشِيْبُ

-       Mu'tal Akhir dengan Ya`, seperti: قَضَى يَقْضِيْ

-       Dengan syarat 'ain fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh di lam fi’il mudhori’nya, seperti: سَعَى يَسْعَى , نَعَى يَنْعَى

-       Mudho'af Lazim, seperti: فَرَّ يَفِرُّ

Jika tidak memenuhi syarat dan ketentuan diatas maka itu berbeda / menyimpang dari ukuran wazannya.

 

 

BAB FA’ALA - YAF’ALU

Fi’il madhinya dibaca dengan fathah, fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah juga. Yang sering terjadi untuk mengikuti wazan ini biasanya ‘ain dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti: فَتَحَ يَفْتَحُ , سَأَلَ يَسْأَلُ , وَضَعَ يَضَعُ

 

Karena tidak ada kalimat fi’il yang ‘ain fi’il madhi & mudhari’nya dibaca fathah kecuali ‘ain dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti:

سَأَلَ يَسْأَلُ , ذَهَبَ يَذْهَبُ , جَعَلَ يَجْعَلُ , شَغَلَ يَشْغَلُ , فَتَحَ يَفْتَحُ , شَدَخَ يَشْدَخُ

 

Adapun pada contoh أَبَى يَأْبَى , رَكَنَ يَرْكُنُ  ini dihukumi Syadz (melenceng dari ukuran wazannya).

 

Karena lafadz أَبَى يَأْبِيْ boleh mengikuti bab wazan فَعَلَ يَفْعِلُ  dengan dibaca fathah ‘ain fi’il madhinya dan kasroh ‘ain fi’il mudhari’nya. Dan juga boleh dibaca رَكَنَ يَرْكُنُ dengan fathah fi’il madhinya dan dhommah ‘ain fi’il mudhari’nya, dan dibaca رَكِنَ يَرْكَنُ dengan kasroh ‘ain fi’il madhinya dan fathah ‘ain fi’il mudhari’nya.

 

Bukan suatu keharusan jika ada ‘ain dan lam fi’il yang terdiri dari huruf halqi untuk dibaca fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya, karena ada contoh yang tidak mengikuti bab wazan ini (fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’), seperti:

دَخَلَ يَدْخُلُ , رَغِبَ يَرْغَبُ , بَغَى يَبْغِيْ , سَمِعَ يَسْمَعُ , نَبُهَ يَنْبُهُ

Dan lain sebagainya yang tidak dapat disebutkan dalam pembahasan ini.

 

 


2.  WAZAN FA'ILA DENGAN DIBACA KASROH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: ‘ALIMA (عَلِمَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali dibaca fathah ‘ain fi’ilnya seperti: يَعْلَمُ  karena sesungguhnya setiap fi’il madhi yang ‘ain fi’ilnya dibaca kasroh maka fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah ‘ain fi’ilnya.

 

Kecuali ada 4 yang syadz :

1.    Kasrah ‘ain fi’il madhi dan mudhari’nya, serta juga boleh dibaca fathah pada fi’il mudhari’nya, adapun pendapat yang pertama lebih sahih:

حَسِبَ يَحْسِبُ يَحْسَبُ , بَئِسَ يَبْأَسُ يَبْئِسُ , نَعِمَ يَنْعَمُ , يَئِسَ يَيْأَسُ يَيْئِسُ

2.    Dan yang Syadz lainnya seperti :

وَرِثَ يَرِثُ , وَمِقَ يَمِقُ , وَرِمَ يَرِمُ , وَثِقَ يَثِقُ , وَرِيَ يَرِي , وَفِقَ يَفِقُ

Tidak ada dari contoh diatas kecuali dibaca dengan kasroh ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya. Kecuali ada 1 lafadz yang bisa dibaca fathah ‘ain fi’il madhinya dan kasroh ‘ain fi’il mudhari’nya (menurut yang lebih sohih): وَرَى يَرِي

 

Dan banyak dipembahasan ini kalimat fi’il yang menunjukkan terhadap kalimat yang ber’illat (berpenyakit) dan ahzan (kurang / tidak sempurna) dan yang berlawanan dengan keduanya. Seperti lafadz سَقِمَ حَزِنَ فَرِحَ . dan yang menunjukkan atas kekosongan dan kepenuhan seperti عَطِشَ شَبِعَ . dan yang menunjukkan bermacam macam warna, menyindir / mencela, perhiasan seperti سَوِدَ عَرِجَ دَعِجَ




3.  WAZAN FA'ULA DENGAN DIBACA DHOMMAH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: HASUNA (حَسُنَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali dibaca dhommah ‘ain fi’ilnya seperti: يَحْسُنُ  .

 

Diterangkan dalam bab ini kalimat fi’il yang menunjukkan perilaku / perangai dan tabiat / watak yang tetap seperti:

كَرُمَ عَذُبَ حَسُنَ شَرُفَ جَمُلَ قَبُحَ

 

Dan juga setiap fi’il yang menunjukkan kekaguman, memuji, dan merendahkan semuanya terkait dengan pembahasan ini, jika tidak ditemukan dalam bab ini silahkan kembali ke pembahasan Af’alul Madhi wadz Dzammi (fi’il untuk memuji dan merendahkan), seperti contoh: “Seorang laki-laki telah ditetapkan (ditulis) sebagai seorang yang beruntung” dengan tujuan arti “Apa yang aku tuliskan untuk dia laki-laki” yang bermaksud untuk memuji dan mengagumi.

 

Dan tidak ada kalimat fi’il yang mengikuti wazan fa’ula kecuali utuh bentuk tsulatsinya dan tidak ber’illat, karena sesungguhnya tidak ada watak / tabiat seseorang kecuali melekat kepada dirinya. Seperti kekuatan dan tabiat: (kemuliaan dan kajahatan / keji), atau kebiasaan atas sesorang seperti: (berilmu pengetahuan dan pandai berbicara) yang maknanya “seseorang itu telah menjadi orang yang berilmu dan berdakwah” dan contoh lainnya.

 


KETERANGAN

Dan adapun harokat ‘ain fi’il amarnya dari setiap wazan yang disebut diatas sama seperti bacaan harokat ‘ain fi’il mudhori’nya, seperti: اُنْصُرْ اُجْمُلْ اِرْجِعْ اِسْأَلْ اِعْلَمْ

Semua wazan yang diterangkan adalah wazan sama’i (diterima secara pendengaran), kecuali pada lafadz / kalimat yang dikeluarkan / dibuang dari wazan.

 

Adapun wazan – wazannya tsulatsi mazid semuanya qiyasi (ada patokan / takaran / ukurannya) seperti itu pula wazan dari ruba’i mujarrad.



DOWNLOAD VERSI PDF



Terimakasih telah berkunjung ke Blog Cendekiawan Santri
read more
Bahasa Arab Jamiuddurus Juz 1 - Bab 1 Nahwu

Pendahuluan - Pembukaan Jamiuddurus Percetakan yang Pertama (Mukaddimah)




Bismillahirrohmanirrahim

Terjemah Pembukaan Kitab Jamiuddurus Percetakan yang Pertama

 

Segala puji kepada dzat yang mengendalikan segala perkara dengan (tangan-Nya) Kekuasaan-Nya, yang menjadikan segala urusan sebagai perumpamaan yang dikehendaki-Nya. Dia adalah dzat yang mengerjakan sesuatu dengan kehendaknya sendiri, tatkala Allah menghendaki sesuatu maka Dia akan mengatakan terhadap sesuatu itu : Jadi, Maka Jadilah. Maha suci Allah yang kalam-Nya tidak terkontaminasi dengan lafadz dan huruf. Yang maha suci asma - asma-Nya. Yang maha agung sifat - sifat-Nya. Dan selalu menjadi sumber hikmah apapun yang dikerjakan-Nya.

 

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi yang bangsa arab dan ummiy, yang sangat fasih dalam mengucapkan huruf dhod, yaitu Nabi Muhammad hamba Allah SWT dan utusan-Nya, semoga juga terlimpah curahkan kepada keluarganya, dan saudara-saudaranya dari nabi dan rasul Allah SWT yang diliputi dengan petunjuk dan membawa kebahagiaan, orang yang memberikan contoh dengan perumpaman / contoh dari mereka dan memberikan tauladan dengan petunjuk-petunjuk mereka.

 

Dengan ini kami melihat adanya keinginan untuk mendapatkan intan berlian terhadap dicetaknya suatu kitab dalam menerangkan ilmu bahasa arab, yang memudahkan dalam pengambilan kaidah (sumber atau ‘ibarat), yang memperjelas / menerangkan dalam segi maknanya, yang mengutip kaidah-kaidah dari pemahaman ulama’, dan mengumpulkan pendapat-pendap dari ulama’, maka kami sengaja membuat karangan kitab ad-durus al-arabiyah, maka kami memulainya dengan 4 tulisan sebagai pengetahuan awal, dan 3 tulisan untuk pembelajaran tingkat kedua. Maka mengharap dengan harapan yang besar dan kitab ini dapat diterima dikalangan ustadz (guru pengajar) dengan baik. Dan membuat penerbitan kitab ini lebih banyak.

 

Maka dari itu kami kumpulkan kitab-kitab diatas (Durusul Arabiyah) menjadi (Jami’uddurus Al-Arabiyyah) kumpulan kitab pelajaran bahasa arab. Yang kami kumpulkan menjadi 3 juz yang terdiri dari kaidah ilmu sharraf dan kaidah ilmu nahwu yang tidak disusun dengan tulisan yang terlalu berlebihan dan meluas sehingga membuat bingung, dan orang-orang yang menginginkan sebagian besar kaidah ilmu bahasa arab, karena sesungguhnya kitab ini meliputi apa yang diharapkan dari kedua ilmu tersebut baik dari segi kaidah dan penjelasan, sehingga terciptalah kitab yang lengkap dan baik, yang didalamnya ada tuntunan untuk menulis dan kumpulan dari pendapat ulama’ dan dicari / dikumpulkan dari beberapa sumber-sumber yang akurat dan dibuat rujukan tertinggi dalam ilmu ini.

 

Telah kami jelaskan apa yang kami rangkum dan kumpulkan dalam mengarang kitab ini dan menyusun kitab ini. Maka kami rapikan dan perbaiki dan semoga Allah SWT meridhai dan memberikan balasan terhadap usaha kami dalam mengumpulkan ilmu gramatika bahasa arab yang luhur ini.

read more
Bahasa Arab Info & Berita Islam Nahwu

Asal Kata Barokah

Asal Kata Barokah

by : Fiqih Andzarrul Muslim - +62 838-9264-xxxx (Group Whatsapp Cendekiwan Santri)

Barokah dalam bahasa Arab juga ada kata barokah. Tulisannya seperti ini:

بركة

Yaitu dengan difathah huruf-huruf: (ba'), (ro') dan (kaf). Dibaca: 'Barokatun'.
Dan kata ini adalah pecahan dari kata kerja (بارك).

Di dalam Al-Qur'an, ada beberapa ayat yang menggunakan pecahan kata kerja ini. Misalnya firman Allah:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

"Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen." (Qof: 9)

Atau firman Allah:

وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat." (Al-An'am, Ayat 155)

Dari beberapa penjelasan ulama ahli tafsir di dalam kitab-kitab tafsir, ada beberapa makna dari kata ini, yaitu:
1. (كثير النفع)
'Sangat banyak manfaatnya'

2. (كثرة الخير و ثبوته)
'Kebaikan yang banyak dan tidak putus-putus'

3. (نفاع)
'Sangat sering memberi manfaat'

Ada juga yang mengatakan maknanya adalah kebaikannya bukan hanya di dunia tapi juga di akherat.

Dari makna-makna ini maka sesuatu dikatakan 'barokah' jika sesuatu tersebut sangat banyak manfaatnya atau banyak yang mendapatkan kebaikannya.


  • Ilmu yang barokah artinya ilmu tersebut memberi banyak manfaat.
  • Harta yang barokah artinya harta tersebut banyak sekali manfaatnya.
  • Buku yang barokah artinya buku tersebut sangat bermanfaat dan memberi kebaikan yang luas dan tidak putus-putus.

'Koran' yang barokah artinya yang memberikan banyak kebaikan bagi yang membacanya.
Maka jika kenyataannya sebaliknya, yang terjadi bukan barokah tapi 'musykilah' ( مشكلة ), yang artinya 'masalah'.
read more
Bahasa Arab Nahwu

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik, 
Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Alfiyah Ibnu Malik dalam Segi Keutamaan dan Ringkas Nadzomnya sehingga mempermudah untuk memahami dan mempelajarinya.

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Para sahabat cendekia yang sangat kami cintai dan hormati, pada kesempatan kali ini kami ingin melanjutkan pembahasan Muqoddiman Alfiyah Ibnu Malik dari pembahasan yang sebelumnya : 

Kajian Alfiyah Ibnu Malik (MUQODDIMAH)

تقرب الاقصى بلفظ موجز * وتبسط البذل بوعد منجز

"Alfiyah ibnu malik mempermudah kita dalam mempelajari Ilmu Nahwu dan Shorrof dengan Pengertian yang mendalan dan pemahaman yang luas namun disajikan dengan cara yang sangat ringkas dan mudah difahami, dan dijanjikan barang siapa yang belajar dengan menggunakan Alfiyah ini dengan Tekun dan Berusaha keras maka akan mendapat kesempurnaan dalam hasilnya".

Alfiyah Ibnu Malik adalah penyempurna Gramatika Arab menjadi Top One dalam segala Bahasa di dunia ini. denagan alfiyah ini kita dapat belajar memahami kandungan Hadist dan Kalam Allah yang Maha Suci dengan menggunakan dasar keilmuan dan pengetahuan yg sangat luas serta pemahaman yg seiring dan sejalan dengan Para 'Ulama' As Sholihin dalam memahaminya.

وتقتضي رضا بغير سخط * فائقة الفية ابن معطي

"Dan mengharap Ridho dari Alfiyah ini tatkala ada kekurangan didalamnya, Alfiyah ini mengungguli Alfiyah Ibnu Mu'thi (dalam Bagus, Ringkas dan Mudahnya dalam memahami dan menghafalkannya)".

Keterangan:

Syeikh Ibnu Malik Dawuh seperti nadhom diatas tiada lain mengharapkan kemanfaatan terhadap kitab alfiyah yang dikarangnya karena ada kaidah : 

لو لم يصف الطبيب دواءه ماانتفع به

"jikalau Seorang Tabib memberikan Obat yang mana obatnya tidak mujarab, maka tabibnya tidak boleh disifati dengan ketidak mujaban obatnya itu"



Hikayah:

diriwayatkan : tatkala Imam Ibnu Malik menulis karangan Alfiyah ini dan sampai pada lafadz nadzom faiqotan Alfiyatabni Mu'thi  beliau merasa kesulitan dan hatinya gundah dulana serta iba untuk sehingga tidak dapat meneruskan Nadzom Alfiyahnya.



setelah itu beliau bermimpi bertemu dengan orang yang Tua dan bertanya kepadanya : "Apa benar anda yang membuat kitab alfiyah itu? yang ada lafadz nadzom faiqotan alfiyatabni mu'thi". ternyata yang berada dalam mimpi itu adalah Syaikh Ibnu Mu'thi yang mempunyai kitab Alfiyah Ibnu Mu'thi. dilanjutkan oleh Ibnu Mu'thi dalam mimpi itu dengan dawuh beliau : 

والحي قد يغلب الف ميت

"sudah pasti, bahwasanya satu orang yang hidup itu bisa mengalahkan 1000 orang yang sudah mati" 
maka dengan sebab ini pada Bait Nadzhom setelahnya diteruskan dengan :

وهو بسبق حائز تفضيلا * مستوجب ثنائي الجميلا

"sesungguhnya ibnu mu'thi pada dahulunya mempunyai keutamaan, maka ibnu mu'thi mempunyai hak untuk saya sanjung dengan yang baik2"

maka setelah dituliskan bait syair ini Ibnu malik dapat dengan lancar meneruskan menulis nadhzom Alfiyahnya. tanpa ada Keraguan dan Iba dalam Fikiran dan hatinya

والله يقضي بهبات الوافرة * لى وله فى درجاة الاخرة

"Semoga allah tetap melimpahkan kesempurnaan kepada ku dan kepada Ibnu Mu'thi dengan Drajat yang mulia di Akhirat"

Syeikh Ibnu malik memohon kepada Allah agar tetap melimpah ruahkan Rahmat dan kesempurnaan bagi didirnya sendiri dan kepada Syeikh Ibnu Mu'thi,

kenapa Ibnu Malik mendahulukan dirinya dalam doanya? karena mengikuti sunnah Rosulullah Shollahu 'Alaihi Wasallam, dalam hadist :

كان إذا دعا بدأ بنفسه

"Tatkala sesorang berdo'a maka mulailah dengan mendo'akan dirinya sendiri"

Wallahu 'Alamu bis Showab
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan keterangan yg dihaturkan kepada para sahabat Cendekia.
read more

Terpopuler

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang Abuya Nurhasanuddin lahi...
read

Lafadz HINDUN ( هِنْدٌ ) Termasuk pada Isim Munshorif apa Isim Ghoiru Munshorif ??

Pertanyaan: Lafadz  هندٌ  itu termasuk isim  munshorif atau isim  ghoiru  munshorif , jika termasuk isim ghoiru munshorif mengapa dit...
read

Download ebook Kunuzussa'adah pdf | Ma'had Darussa'adah Al-Islamy

     Assalamu'alaikum Wr.  Wb.      Para cendekia sekalian pada kali ini kami akan berbagi file dokumen Kunuzussa'adah   (pdf)...
read

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik,  Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Alfiyah ...
read

Penjelasan ringkas syair - عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّرِّ | Cendekiawan Santri

sebagian ahli syair menyatakan : عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوْقِيْهِ وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ ...
read

Find Us Facebook

Design by Desain Profesional