Home
» Ibroh
» Air Mineral membawa Berkah - Part 2
Air Mineral membawa Berkah - Part 2
Masih pagi sekali diriku sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Karena, seperti yang sudah di perintahkan oleh Ibu Amanda. Bahwa, jam enam pagi diriku sudah berada di rumah beliau. Membuat ibuku terheran-heran melihat kelakuanku yang tidak seperti biasannya.
" Kamu mau berangkat kerja jam segini? " tanya ibuku sambil menyodorkan segelas air putih hangat.
" Memang beneran? kakak berangkat kerjanya sepagi ini? " tambah adikku, Nafisyah.
" Iya sayang, itu yang di perintahkan sama majikannya kakak dan mau gimana lagi ini kan sudah aturannya! tapi, kakak sangat bersyukur. Karena, majikannya kakak orangnya lemah lembut dan juga baik hati. " jelasku dengan senang.
" Ya sudah, hati-hati di jalan ya....! selalu menjadi orang yang amanah dalam berkerja. " tutur ibuku memberi sebuah pesan setiap kali diriku mau melangkah.
" Iya ibu, insyaallah Aulia akan amanah. "
Ku langkahkan kaki dengan ucapan bismillah. Berdo'a semoga setiap langkah yang aku pilih akan selalu dalam ridho ibuku dan juga tuhanku.
*****
Sesampainnya aku di rumah Ibu Amanda. Diriku langsung di beri perintah untuk ikut dengan beliau ke rumah putranya yang bernama Rendy Septhian Pratama seorang pengusaha muda di salah satu perusahaan di Jakarta. Aku pun hanya mengikuti perintah beliau.
Selama perjalanan Ibu Amanda melontarkan beberapa pertanyaan padaku. Beliau terlihat begitu anggun memakai setelan jas dengan rambut sepundak. Walaupun memiliki aura kelas atas yang melekat bak seorang diva. Tetapi, beliau tidak pernah sombong dengan apa yang dia punya.
Setelah cukup lama melakukan perjalanan, akhirnya, sampai di sebuah rumah di kawasan perumahan elit.
" Silahkan masuk bu, " sapa seorang supir dengan ramahnya kepada Ibu Amanda seraya membungkukkan badan. Diriku yang mengekor dibelakang Bu Amanda juga mendapat senyuman hangat dari pak supir.
Setelah memasuki rumah terdengar suara rengekan seorang balita.
" Kayla sama Bibi Ningsih dulu ya...! " seorang pria yang telah rapi memakai tuxedo, berusaha membujuk gadis kecil berumur dua tahun di dalam gendongnya untuk bersama asisten rumah tangga.
" Tidak! Kayla tidak mau! " ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
" Kayla, Kayla tidak boleh keras kepala! " ucap Bu Amanda mencoba menenangkan gadis kecil itu yang mulai menangis.
" Nenek! Kayla maunya sama ayah! ayah sudah berhari-hari tidak main sama kayla! " ujarnya dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.
" Oh ya, ini Aulia asisten tambahan untuk membantu mengurusi Kayla, mungkin dia akan cocok dengan Kayla! " seketika gadis kecil yang bernama Kayla itu langsung menoleh ke arahku dan memandangiku dengan seksama.
" Mama!" seru Kayla memanggilku dengaan sebutan mama, sontak membuat semua orang kaget mendengarnya, " Mama! " katanya lagi seraya mengulurkan tangan mengisyaratkan agar aku menggendongnya. Dengan perasaan yang penuh tanda tanya, aku menerima uluran tangan Kayla.
" Akhirnya aku bisa berangkat ke kantor, dan kamu Aulia, kamu tidak perlu di wawancara karena aku rasa Kayla sudah menyukaimu! " kata Pak Rendy sambil mengelus pipi gembul Kayla.
Kayla yang sedang berada dalam gendonganku terlihat berbinar-binar dengan kedua tangan yang erat memeluk leherku.