Home
» Unlabelled
» Penggembala Yang Masuk Surga
Penggembala Yang Masuk Surga
Dikisahkan, pada suatu malam, seorang abid(orang yang ahli ibadah) dari bani israel bermimpi dan mendengar sebuah suara yang mengatakan bahwa seorang wanita tua yang berprofesi sebagai penggembala kambing adalah temannya di surga nanti. Pada waktu pagi, ia segera menyisir ke seluruh pelosok kampung untuk menemukan wanita itu.
Hingga akhirnya ia berhasil menemukan wanita yang dimaksudkan dalam mimpinya itu sesuai ciri-ciri yang disebutkan. Maka pada hari selanjutnya ia selalu mengamati, mengawasi, dan meneliti amal sehari-hari apa yang dilakukan wanita tersebut. Sampai begitu lama, si abid tidak bisa menentukan amal-amal apa yang bisa menyebabkan si wanita tua penggembala itu masuk surga. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertamu sampai beberapa malam sekaligus menanyakan mengenai berbagai amaliahnya. Ketika tengah malam, si abid segera bangkit seperti kebiasaannya untuk sholat lail sebaliknya si wanita tua itu malah menikmati tidurnya. Siangnya si abid seperti biasanya ia selalu berpuasa namun lagi-lagi si wanita tua itu tidak puasa bahkan malah tidak pernah berpuasa. Hal ini menjadikan hati si abid hilang kesabarannya karena si ibu tua itu selama ia perhatikan amalnya biasa-biasa saja sebagaimana orang-orang biasanya.
“Masih adakah amalan-amalan ibu yang lain selain yang aku lihat ibu ?!!”begitu tanya si abid
“Seperti yang engkau lihat sendiri, aku tidak banyak beramal”Jawabnya.
“Ingat-ingatlah ibu pasti ibu memiliki amal-amal lainnya yang terlupakan”si abid memaksa bertanya.
“Ya kini aku ingat, namun tampaknya tidak begitu berarti ”sahut si wanita tua itu.
“Apa, apa itu?”kata si abid
“Jika aku bertepatan menderita, maka hatiku tidak pernah ingin mengharapkan untuk beralih kepada kebahagiaan. Dan jika aku dalam keadaan sakit, aku juga tidak pernah mengharapkan kesembuhan. Dan jika aku terpanggang dibawah terik matahari tidak pernah aku berharap pada tempat yang teduh. Seluruh kehidupanku aku jalani apa adanya, terserah Allah yang mengaturnya”begitu jawab wanita tua itu.
Mendengar jawaban ini, si abid langsung mengeluarkan napas yang panjang dan menaruh tangannya di atas kepala sebagai tanda takjub yang tiada berkesudahan.
“Demi Allah, sikap yang demikian itu merupakan amal yang besar ibu. Bukan sebagaimana kata ibu "yang tidak begitu berarti" yang bahkan kebanyakan ahli ibadah tidak mampu untuk melakukan sikap seperti itu”Kata si abid.
Dari kisah itu kita bisa mengambil pelajaran bahwa dengan hati yang menerima dan dengan jiwa lapang dada itu Allah bisa meridhoi kita meskipun tanpa amal-amal ibadah yang istimewa, seperti puasa, sholat lail, dll.
Label: