By Ahmad Muttaqin - +62 853-6705-xxxx (Group Whatsapp Cendekiwan Santri)
Penulis Muchlisin BK - 10 Januari 2019
Ibrahim bin Adham adalah salah seorang tabi’ut tabi’in terkemuka. Ia dikenal sebagai ulama yang zuhud dan ahli tasawuf. Banyak pelajaran hidup dan kisah spiritualnya yang mengingatkan kita untuk mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Suatu hari, ketika Ibrahim bin Adham rahimahullah sedang berjalan, ia menyaksikan pemandangan aneh. Seorang laki-laki yang tidak memiliki tangan dan kaki berada di pinggir jalan. Sesekali, orang-orang yang lewat di sana menyuapkan makanan kepada laki-laki tersebut.
“Alhamdulillah ‘ala ni’amihil ‘adhiimah wa ‘athaayaahul jasiimah. Segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmatNya yang agung dan karuniaNya yang besar,” demikian kalimat itu terdengar oleh Ibrahim bin Adham.
Ibrahim bin Adham tertarik, lantas menghampiri laki-laki tersebut. Ia perhatikan laki-laki itu, ternyata ia juga buta dan terkena kusta.
“Wahai Saudaraku, apa yang terjadi dengan matamu?” tanya Ibrahim bin Adham.
“Aku buta. Tak bisa melihat”
“Apa yang terjadi dengan tangan dan kakimu?”
“Tangan dan kakiku terpotong. Aku lumpuh”
“Lalu kenapa dengan kulitmu?”
“Aku terkena penyakit kusta”
“Bagaimana kamu makan?”
“Seperti yang engkau lihat, Allah menggerakkan tangan-tangan manusia yang lewat untuk menyuapiku”
“Rumahmu di mana?”
“Aku nggak punya rumah. Hidupku di pinggir jalan seperti ini”
“Lalu tadi engkau mengatakan apa?”
“Aku mengatakan, Alhamdulillah ‘ala ni’amihil ‘adhiimah wa ‘athaayaahul jasiimah. Segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmatNya yang agung dan karuniaNya yang besar.”
Sampai di sini Ibrahim bin Adham terheran. Laki-laki tersebut mendapatkan ujian yang begitu banyak. Tidak bisa jalan, tidak bisa beraktifitas normal, bahkan tidak bisa melihat. Tapi ia justru banyak bersyukur. Nikmat apa yang ia syukuri?
“Lalu di mana nikmat-nikmat yang agung dan karunia yang besar itu wahai Saudaraku, jika engkau buta, tak punya tangan dan kaki, kena kusta, tak punya rumah dan tidak bisa bekerja?”
“Wahai Saudaraku,Bukankah Allah masih memberikan aku lisan untuk berdzikir dan hati untuk bersyukur? Lalu nikmat yang mana lagi yang lebih agung daripada ini?”
Jawaban itu membuat Ibrahim bin Adham takjub. Ternyata masih ada orang yang level syukurnya seperti ini.