Pertama masuk kuliah seusai liburan banyak jam kelas yang kosong , Adeva memilih duduk santai ditempat yang lebih tenang daripada dikelasnya yaitu perpustakaan. Menurut Adeva membaca buku sambil mendengarkan musik sebuah refreshing transit baginya , walaupun ada yang kurang bagi adeva ialah cemilan, soalnya diperaturan perpustakaan tidak boleh membawa makanan atau minuman, hehehehe...
" Adev, nie ..., aku ada rekomen novel islami terbaru dan juga bagus banget ceritanya! " Nabila memperlihatkan handphonenya.
" Hhmmzz ...., sinopsisnya bagus sih ! ya udah aku coba baca nanti ! " kembali membaca.
" Oke ! oh iya, Dev ! beneran kamu jadi pantia bazar , perwakilan dari kelas kita ? " Nabila memasang muka serius.
" Gak tau juga ya.... ? soalnya aku gak begitu update sama berita kampus, kalo masalah update novel dan komik , aku pastinya ! " senyum penuh kebanggaan.
" Haddehhhhh..... ! percaya ! ya udah, bagaimana kalau kita lihat di papan informasi, yuk....! " ajak Nabila.
" Okeh ! "
Ternyata di papan informasi sudah tercantuim nama Adeva Afsheen setelah nama Fairel Atharizz.
" Eeemm...., ini... namaku! benar! ini namaku! aku jadi perwakilan kelas ! " Adeva terheran - heran melihat namanya tercantum karena menurut Adeva merasa dirinya tertutup dan tidak begitu populer di kampusnya " kok bisa ya....? " bertanya - tanya dalam hatinya.
" Bisa jadi ! sudahlah, lagian enak kamu bisa langsung ikut serta dalama acara bazar ini kan ? "
" Iya juga sih , tapi aku gak sukanya aku terlalu langsung berinteraksi dengan anak - anak sini ! kan, kamu tau kalau aku gak begitu suka ! " jelas Adeva .
" Ya udah , kamu terima saja ! lagian kamu orangnya fleksibel bisa langsung menyesuaikan ! " Nabila berusaha memberikan semangat, walaupun ia tahu Adeva memang tidak suka jika berinteraksi langsung dengan orang banyak.
" Menurut kamu begitu ? " serasa tak percaya pada dirinya sendiri.
Nabila pun mengangguk dengan senyuman semangat .
----------------
" Fyuuuhhh.... ! setelah seharian mengurusi persiapan buat acara bazar, akhirnya aku bisa merebahkan badanku diatas kasur yang empuk ini ! " mengelus bantalnya yang lembut.
Suasana dari atas apartemen tantenya memang bisa membuat Adeva melepaskan bebannya sesaat. Ia ingin sekali memiliki apartemen sendiri dikawasan itu , tapi ayahnya pasti tidak akan menyetujuinya , jika Adeva harus tinggal sendirian. Ayahnya takut sebuah konflik masa lalu yang tetap membara akan mengincar keselamatannya.
" Lagi hanyut dengan pemandangan kota yang indah ini ? " kata tante Ulayya mengagetkan Adeva.
" Hahahaha....., iya, tan, pemandangan disini memang menenangkan ! " Adeva meresapi setiap hembusan angin yang menyelinap masuk ke dalam tubuhnya.
" Iya, iya siapa yang tak suka berada di sini , apartemen mewah dan indah ! " sesekali Ulayya merasakan angin yang berhenbus dalam - dalam, " tapi , siapa sangka apartemen ini adalah awal kebahagian di masa lalu , dan juga awal dari sebuah kehancuran di masa lalu ! " ucapnya.
" Hhmmzz...., maksudnya, tan ? " Adeva memperhatiakan tantenya yang sedang fokus memandang lurus ke depan.
" Kamu belum waktunya mengetahui semua cerita masa lalu ! suatu saat waktu itu akan datang jika kau sudah siap menghadapinya ! " Adeva mencoba mencerna ucapan tantenya yang begitu tegas.
" Baiklah ! Adeva akan menunggu waktu itu ! " tersenyum mantap.
" Sip ! " Ulayya mengedipkan mata.