Hari sudah mulai sore tapi pengunjung semakin ramai, mungkin dikarenakan acara puncak bazar yang diadakan pada malam hari. Kalangan masyarakat sangat antusias dalam menyambut penyelenggaraan acara tersebut dan juga memberikan apresiasi mereka atas karya - karya cemerlang para mahasiswa.
" Adev ! " panggil seseorang .
" Nabila, sini..... ! " sambut Adeva dengan senang hati karena nabila membawa pakaian gantinya.
" Maaf , ya , Adev , aku agak terlambat ! soalnya tante kamu baru pulang dari kantor, tante kamu juga bilang, nanti hadir kalau udah acara pameran saja ! " jelas Nabila.
" Oke, oke, aku ganti baju dulu ! oh , ya, kamu bawa alat make upku juga kan ? " tanya Adeva yang merasa ada yang kurang.
" Ini ! " kata Nabila menyodorkan pouch bag berwarna coklat.
" Thanks you so much ! " Adeva langsung mencubit pipi Nabila dan lansung lari menuju ruang ganti.
" Adev ! kamu gantikan Anisa jadi mc, mau ya ? " tanya Aditya setelah Adeva berganti pakaian.
" Emangnya kak Anisa kenapa, kak? " Adeva balik bertanya.
" Tadi tiba - tiba ada urusan pribadi yang mengharuskan dia keluar kota! jadi, kamu saja yang gantiin Anisa jadi
master office of ceremony! "ucap Aditya menjelaskan.
" Memangnya tidak ada pengganti kak Anisa yang cocok selain aku gitu? "
" Tidak ada ! kamu saja ya... ? lagiaan kakak - kakak senior kamu juga lagi sibuk persiapan buat pameran karya mereka ! " Aditya memasang wajah penuh harapan pada Adeva.
" Ya udah, aku mau kak ! " jawab Adeva setelah lama berpikir. Ia lupa bahwa kakak-kakak seniornya sedang bersiap-siap untuk menunjukkan karyanya mereka.
" Memang gak pernah salah Fairel milih kamu! kamu memang bisa diandalkan ! " puji Aditya seraya menyodorkan kertas teks. Adeva hanya menyengir.
Jam telah menunjukkan waktu acara untuk dimulai dan juga para hadirin telah memadati ruang penyelenggara. Adeva pun mulai membacakan susunan acara demi acara. Ya, walaupun Adeva merasa sedikit gugup, karena baru pertama kali baginya langsung berhadapan dengan khalayak umum. Bahkan dia tidak tahu berapa jumlah sebenarnya orang di ruangan tersebut.
Pameran dilaksanakan dengan menampilkan berbagai macam - macam karya cemerlang dari para mahasiswa angkatan terakhir. Semua yang hadir di acara itu tak henti - hentinya berdecak kagum dengan kreatifitas para mahasiswa. Apalagi karya dari Fairel atharizz yang langsung menjadi sorotan semua orang. Sebuah karya paling memukau diantara yang lain, karya berbentuk miniatur rumah adat dari seluruh wilayah indonesia yang berkumpul dalam satu wadah dan membentuk sebuah pulau dengan aneka ragam kekayaan negara Indonesia. Sehingga membuat karya tersebut memiliki kesan indah dan eksotis.
Tak perlu waktu lama, karya dari Fairel atharizz sudah ditawar dengan harga yang lumayan fantasi oleh tuan muda keluarga Danindra, seorang pengusaha muda yang baru - baru ini hangat dibicarakan. Dan dialah yang juga menanggung dana penyelenggaraan acara bazar dan pameran tersebut.
" Huh! sebel deh! " gerutu Ulayya yang baru saja keluar dari ruangan pameran.
" Kenapa tan? " tanya Adeva melihat tantenya uring uringan.
" Kamu tahu gak , Dev ! tante itu pengen banget dengan karyanya Fairel atharizz , tapi udah keduluan sama tuan Danindra ! " seru Ulayya kesal. Dia memang paling hobi mengoleksi berbagai macam karya seni, apalagi jika itu berbentuk miniatur.
" Hahahaha......! tante, tante, mungkin ini bukan rezekinya tante, yang sabar ya....! " kata Adeva yang berusaha menghibur diselingi dengan tawa.
" Iya, iya keponakannya tante ! "