Bolehkah Membaca Al-Quran dengan Tempo Cepat Agar Cepat Khatam?
Bulan Ramadhan disebut dengan syahrul Quran (bulan Al-Quran) karena pada bulan Ramadhan lah Al-Quran diturunkan. Pada bulan ini pula, Allah telah menjanjikan ganjaran bagi siapa yang melakukan kebaikan.
Satu kebaikan yang dilakukan seorang hamba akan Allah balas kebaikan tersebut dengan sepuluh kali lipatnya. Perkara ini telah Allah sampaikan dalam hadis qudsi melalui Rasuullah Saw.
Al-Quran pun tak kalah istimewa dengan bulan Ramadhan. Saking istimewanya, barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia memperoleh sepuluh kebaikan sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
Telah menjadi tradisi di kalangan umat Muslim untuk mengkhatamkan 30 juz Al-Quran selama bulan Ramadhan, karena pahala yang di dapat akan begitu banyak jumlahnya bahkan banyak yang berlomba-lomba untuk cepat khatam sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang mampu menyelesaikan bacaan Al-Quran hanya dalam sehari semalam.
Bahkan, Imam Asy-Syafii mampu melakukannya hingga 60 kali dalam satu bulan.
Dewasa ini, banyak yang mempertanyakan apakah membaca Al-Quran dengan cepat demi mengejar khataman itu baik?
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. pernah meminta Abdullah bin Amr untuk mengkhatamkan Al-Quran dalam sebulan akan tetapi Abdullah bin Amr ternyata mampu mengkhatamkannya lebih cepat.
Tempo bacaan Al-Quran setiap pembaca berbeda-beda, para ahli tajwid menyepakati bahwa tingkatan bacaan Al-Quran dibagi menjadi empat
- At-Tahqiq
- At-Tartil
- At-Tadwir
- Al-Hadr
*At-Tahqiq merupakan tempo bacaan paling lambat yang ditujukan kepada mereka yang sedang belajar membaca Al-Quran.
*At-Tartil merupakan tempo bacaan tenang akan tetapi lebih cepat dari At-Tahqiq.
*At-Tadwir merupakan bacaan diantara At-Tartil dan Al-Hadr lebih mudahnya standart bacaan.
*Al-Hadr merupakan tempo bacaan yang paling cepat.
Baik tempo yang paling cepat ataupun lambat, seluruhnya tetap memerhatikan hukum tajwid, sifat dan makharijul huruf. Cepat lambatnya bacaan tidak mesti dihitung berapa detik per harakat melainkan dari tempo bacaanya. Bisa jadi tempo lambat membutuhkan waktu dua detik untuk satu harakat dan tempo cepat hanya membutuhkan setengah detik untuk satu harakat.
Menggunakan tempo cepat atau lambat, seluruhnya adalah baik asalkan tidak keluar dari kaidah tajwid dan tetap memperhatikan sifat dan makharijul huruf. Akan tetapi, dari keempat tingakatan tempo bacaan di atas ulama sepakat bahwa tempo bacaan At-Tartil merupakan tempo bacaan terbaik sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Muzzammil ayat 4:
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Dalam hal At-Tartil, Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra berpendapat bahwa At-Tartil adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya.
Memang, dahulu para sahabat tiap belajar sepuluh ayat tidak akan melangkah ke ayat selanjutnya sebelum mereka memahami dan mengamalkan ayat yang dibaca. Hal ini dikarenakan mereka mendapat ilmu-ilmu untuk memahami Al-Quran langsung dari Rasulullah Saw. dan proses ini membutuhkan waktu yang lama.
Apabila kita menerapkan metode ini, maka jangka waktu yang ditempuh akan lebih lama karena untuk memahami apa yang ada dalam Al-Quran sama sekali tidak cukup hanya dengan membaca terjemahannya, setidaknya diperlukan beberapa ilmu yang harus dikuasai untuk memahami Al-Quran.
Menurut Imam Asy-Syafii, bacaan yang banyak itu lebih utama, mereka berdalil dengan hadits Ibnu Masud. Maka, tidak ada salahnya apabila kita hanya sekedar membaca dan membaca Al-Quran di bulan Ramadhan layaknya panen akbar yang mana momen ini hanya ada sekali dalam setahun. Apabila di hari biasa, membaca satu huruf dalam Al-Quran akan memperoleh sepuluh kebaikan, maka dalam bulan Ramadhan, membaca satu huruf akan memperoleh seratus kebaikan.
Target khatam adalah motivasi untuk istiqamah dalam membaca Al-Quran. Mengejar khataman pada bulan Ramadhan apabila didasari dengan niat yang tulus dan bukan untuk pamer adalah baik.
Asalkan, kita berusaha untuk membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar dan bagi yang membaca dengan terbata-bata akan memperoleh ganjaran bagi usahanya.
Jika membaca Al-Quran saja sudah menjadi kebaikan yang sangat hebat, maka membaca dengan memahaminya, mengamalkan serta mengajarkannya akan sangat lebih baik.