Home
» Tasawwuf
» √Istananya sang pemaaf
√Istananya sang pemaaf
*~ ISTANANYA SANG PEMAAF ~*
Pada suatu hari, Rasulullah saaw sedang berkumpul dgn para sahabatnya.
Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah saaw tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.
Umar yang berada di situ, bertanya :
"Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"
Rasulullah saaw menjawab :
" Aku diberitahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT."
"Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata :
‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah SWT berfirman :
"Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun..?"
Orang itu berkata :
" Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya"
Sampai di sini, mata Rasulullah saaw berkaca-kaca.
Rasulullah saaw tidak mampu menahan tetesan airmatanya.
Beliau menangis...
Lalu, beliau Rasulullah saaw berkata :
"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."
Rasulullah saaw melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi :
" Sekarang angkat kepalamu.."
Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata :
" Ya Rabb, aku melihat di depan ku *ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian..! "
"Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman :
" Istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata :
"Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
"Engkaupun mampu membayar harganya."
Orang itu terheran-heran, sambil berkata :
" Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
‘CARAnya, engkau MAAFkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.
Orang itu berkata :
"Ya Rabb, kini aku memaafkannya."
Allah berfirman :
"Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu..."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saaw berkata :
"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFKAN, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."
(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.)
==========
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam Surat Ali Imron ayat 133-134;
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ١٣٤
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sudah jama' dalam kehidupan kita, meminta maaf dan memaafkan adalah pekerjaan yang maha berat. Meski sudah menyadari kesalahan namun meminta maaf kepada mereka yang telah didzalimi dan disakiti bukan perkara yang mudah.
Ada semacam ego atau gengsi yang mencegah seseorang untuk mengatakan, “Aku minta maaf, aku telah bersalah.”
Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan karena ia merasa sedemikian mulia sehingga malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.
Sebaliknya, meski bisa menahan sakit akibat kedzaliman orang lain, memberi maaf juga bukan perkara yang mudah. Ada semacam rasa sakit yang tergores yang seakan-akan tidak bisa lepas dari ingatan dan akan senantiasa membekas.
Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berlapang dada dan pemaaf.
Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Memberi maaf orang atas kesalahan yang mungkin tidak disengajanya termasuk keutamaan tersendiri bagi orang yang tersakiti. Rasululllah bersabda,
ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shodaqoh, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan kemulyaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR.Tirmidzi)
Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah Surga. Beliau bersabda dalam hadits Ibnu Abbas;
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ : أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ ” .
“Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, “Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya.”
Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah karena tidak mampu membalas. Sebab memaafkan orang lain terutama seseorang mampu membalas merupakan kemuliaan karena ia belajar dari sifat-sifat Allah, yaitu Al-‘Afuwwu Al-Qoodiru (Yang Maha Memaafkan dan Maha Berkuasa).
Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga Allah.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”
“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani).*/Imron Mahmud