Home
» Penjahat yang diampuni
» Jangan berputus asa dari rahmat Allah
Jangan berputus asa dari rahmat Allah
Tidak putus asa dari rahmat Allah. Yap, kita sebagai Hamba Allah tidak sepantasnya untuk berputus asa kepada Allah karena rahmatnya Allah itu jauhhh lebih luas. Sobat cendekiawan,jauh sebelum diutusnya Nabi SAW, pernah ada seseorang yang luar biasanya ‘prestasi’ kejahatannya. Ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang tanpa alasan yang benar. Namun tiba-tiba tergerak di dalam hatinya untuk bertaubat, hanya saja ia bimbang apakah masih ada peluang baginya untuk kembali ke jalan kebaikan. Orang-orang di sekitarnya menyarankan agar ia menemui seorang rahib untuk menanyakan hal itu.
Ketika tiba di tempat kediaman sang rahib, ia menceritakan kegundahan hatinya dan keinginannya untuk bertaubat.
Ia berkata : “Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan orang tanpa alasan yang benar!!”
Sang rahib bertanya : “Apa kesalahanmu itu?”
“Apa??” Seru sang rahib penuh kekagetan, “Membunuh sembilanpuluh sembilan orang? Tidak ada jalan bagimu!! Tempat yang tepat bagimu adalah neraka!!”
Lelaki itu sangat kecewa sekaligus marah. Ia sadar bahwa kesalahannya memang begitu besarnya. Tetapi cara sang rahib menyikapi dan ‘memvonis’ seperti itu sangat melukai perasaannya. Walau hatinya mulai melembut dengan keinginannya untuk taubat, tetapi jiwa jahatnya belum benar-benar menghilang. Tanpa banyak bicara, ia mengambil pisaunya dan membunuh sang rahib. Akhirnya, genap sudah seratus nyawa tidak bersalah yang melayang di tangannya, tetapi 'panggilan Ilahiah' untuk bertaubat terus mengganggu perasaannya, hanya saja ia tidak tahu harus bagaimana?
Suatu ketika ada orang yang menyarankan untuk menemui seseorang yang alim di suatu tempat, dan ia segera menuju ke sana. Ketika tiba di tempat tinggal sang alim, ia menceritakan jalan hidupnya, termasuk ketika ia menggenapkan pembunuhannya yang ke seratus pada diri sang rahib, dan tentu saja keinginannya untuk bertaubat.
Sang alim yang bijak itu berkata : “Tentu saja bisa ”
Kemudian ia meneruskan perkataannya : “Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi keinginanmu untuk bertaubat. Tetapi tinggalkanlah tempat tinggalmu itu karena di sana memang kota maksiat. Pergilah ke kota itu (misal; kota A) karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Beribadahlah engkau bersama mereka dan jangan pernah kembali ke kotamu itu. Insyaallah engkau akan memperoleh ampunan Allah dan dimudahkan jalan kepada kebaikan!!”
Lelaki itu segera berangkat ke kota yang dimaksudkan sang alim, tetapi di tengah perjalanan maut menjemputnya. Ia meninggal. Datanglah dua melaikat untuk menjemput jiwa lelaki itu, satu Malaikat rahmat dan satunya Malaikat azab (siksa). Dua malaikat itu bertengkar dan masing-masing merasa berhak untuk membawa jiwa lelaki itu.
Sang Malaikat rahmat berkata, “Ia telah berjalan kepada Allah dengan sepenuh hatinya!!”
Malaikat azab berkata, “Ia tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali, justru kejahatannya yang bertumpuk-tumpuk!!”
Mereka berdua terus beradu argumentasi, sampai akhirnya Allah mengutus malaikat yang ketiga dalam bentuk manusia untuk menjadi ‘hakim’ bagi keduanya. Setelah masing-masing mengajukan pendapatnya, Ia (sang malaikat Hakim)berkata : “Ukurlah jarak dua kota itu dari tempat kematiannnya ini, mana yang lebih dekat, maka ia termasuk dalam golongannya!!”
Mereka mengukur jaraknya, dan ternyata kota yang dituju (kota tempat ibadah dan penuh kebaikan) lebih dekat sejengkal daripada kota maksiat yang ditinggalkannya. Maka jiwanya dibawa oleh Malaikat rahmat dan ia memperoleh ampunan Allah.
Dalam riwayat lainnya disebutkan, sebenarnya lelaki itu belum jauh meninggalkan kota maksiat tersebut. Tetapi Allah memang berkehendak untuk mengampuninya, maka dari tempat kematiannya itu, kota kebaikan dan ibadah dipanggil mendekat dan kota maksiat ‘dihalau’ menjauh hingga jarak keduanya hanya selisih sejengkal tangan, lebih dekat kepada kota kebaikan.Dari kisah ini bisa kita ambil hikmah bahwasannya selama kita memiliki keinginan untuk mendapatkan ampunan Allah dan rahmat Allah pasti dan pasti Allah berikan. Karena jauhhh rahmat dan ampunan Allah itu lebih luas.
Wallahu a'lam.