Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam

Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam
M E N U
  • HOME
  • BIOGRAFI ULAMA'
  • BAHTSUl MASAIL
  • Info & Berita Islami
  • Kajian
  • _Tajwid
  • _Bahasa Arab
  • _Shorrof
  • _Nahwu
  • _Fiqh
  • _Tasawwuf
  • _Ibroh
  • _Lirik dan Syair
  • Amalan Harian
  • Cerpen & Novel
  • _Cerpen Cerdas
  • _Cerpen Islami
  • _Novel islami
  • _Mimpi di atas Awan
  • _Tanda Titik
  • _Azwidatul Azkiya'
  • Bisnis Online

JADWAL UPDATE ARTIKEL

  • SENIN: Biografi Ulama' (Informasi & Cerita)
  • SELASA: Fiqh & Hadits
  • RABU: Bahasa Arab, Nahwu & Shorrof
  • KAMIS: Al Qur'an (Tajwid)
  • SABTU: Ibroh & Lirik Sya'ir
  • AHAD: Amalan Harian

Home » All posts

Bahasa Arab Jamiuddurus Juz 1 - Bab 1

Terjemah Bab Wazan Tsulatsi Mujarrad (Jamiuddurus, Juz 1 - Hal. 213)

MENGENAL TENTANG WAZAN-WAZAN KALIMAT FI'IL

Diperuntukkan fi'il madhi ada 35 wazan diantaranya :

-       3 untuk fi'il madhi tsulatsi mujarrad

-       12 untuk fi'il madhi tsulatsi mazid

-       1 untuk fi'il madhi ruba'i mujarrad

-       7 untuk fi'il madhi yang mulhaq dengan ruba'i mujarrad

-       3 untuk fi'il madhi ruba'i mazid

-       9 untuk fi'il madhi yang mulhad dengan ruba'i mazid

 


WAZAN-WAZAN FI'IL MADHI TSULATSI MUJARRAD

Adapun fi'il madhi tsulatsi mujarrad mempunyai 3 wazan yaitu: (فَعَلَ - فَعِلَ - فَعُلَ)

 


1.  WAZAN FA'ALA DENGAN DIBACA FATHAH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: KATABA (كَتَبَ) , JALASA(جَلَسَ)  & FATAHA(فَتَحَ) . Sedangkan dalam fi'il mudhari'nya ada beberapa macam bacaan:

-       Dhommah 'ain fi'ilnya (عُ) seperti KATABA = YAKTUBU(كَتَبَ - يَكْتُبُ)

-       Kasrah 'ain fi'ilnya (عِ) seperti JALASA = YAJLISU(جَلَسَ - يَجْلِسُ)

-       Fathah 'ain fi'ilnya (عَ) seperti FATAHA = YAFTAHU(فَتَحَ - يَفْتَحُ)

 

 

BAB FA'ALA - YAF'ULU

Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan fi'il mudhori'nya dibaca dengan dhommah 'ain fi'ilnya.

1.    Tidak ada yang dibuang, Sohih dan Salim seperti: نَصَرَ - يَنْصُرُ

2.    Mahmuz Fa' (yang fa' fi'ilnya terbuat dari hamzah) seperti: أَخَذَ - يَأْخُذُ

3.    Ada yang dibuang dalam bina` Ajwaf Wawi (bentuk asli 'ain fi'ilnya dari huruf wawu) & Naqish Wawi (bentuk asli lam fi'ilnya dari huruf wawu) seperti:

قَالَ - يَقُوْلُ , دَعَى - يَدْعُو

4.    Mudha'af Muta'addiy (yang dilipatkan dengan cara menyatukan lam dan 'ain fi'ilnya serta tidak ada penyakitnya = huruf 'illatnya) seperti: مَدَّ - يَمُدُّ

5.    Syadz (menyimpang dari wazannya) seperti: حَبَّ - يَحُبُّ

 

Adapun sebagian dari beberapa fi'il madhi syadz ada dua macam bacaan dalam fi'il mudhari'nya seperti:

(بَتَّ = يَبُتُّ , عَلَّ = يَعُلُّ يَعِلُّ , نَمَّ = يَنُمُّ يَنِمُّ , شَدَّ = يَشُدُّ يَشِدُّ , رَمَّ = يَرُمُّ يَرِمُّ , هَرَّ= يَهُرُّ يَهِرُّ)

yang telah disebutkan dalam pilihan contoh-contoh ini dihukumi fi'il yang menyimpang dari ukuran wazannya.

 

Sedangkan bab ini khusus membahas kalimat fi'il yang mempunyai makna (arti) kemenangan (kebebasan) yang ditempatkan pada makna mubalaghah (melampaui / berlebihan / menyampaikan) dan mufakharah (kemuliaan / kemegahan). Contohnya:

 

كَاتَبَنِيْ = Telah dinuliskan ku maka artinya sama dengan كَتَبْتُهُ = aku telah menulis kepadanya atau اَكْتُبُهُ = aku menulis untuknnya

 

Penjelasannya: (Telah dikrimkan kepadaku suatu tulisan) maka sama dengan (Telah aku kirim suatu tulisan untuknya).

 

Oleh karena itu fi'il yang dimubalaghahkan atau di mufakharahkan harus fi'il yang muta'addi (yang tidak ada huruf 'illatnya) dan bentuk aslinya harus lazim (utuh) seperti lafadz: قَعَدَ (yang utuh hurufnya) disebutkan sebagai contoh:

 

قَاعَدَنِيْ = Telah didudukkan ku maka sama artinya dengan قَاعَدْتُهُ = telah aku dudukan dia atau اَقْعُدُهُ = aku dudukan dia

 

Maka jika Tsulasti Mujarradnya fi'ilnya muta'addi seperti itu pula pada fi'il mubalaghah dan mufakharahnya.

 

Setiap fi'il yang bermakna balaghah dan mufakharah akan disempurnakan (diterangkan) dalam bab ini. seperti yang dicontohkan dalam lafadz:

 

نَزَلَ - يَنْزِلُ (turun) menjadi نَازَلَنِيْ (diturunkanku / menurunkanku),

 

خَصَمَ - يَخْصِمُ (lawan / musuh) menjadi خَاصَمَنِيْ (dilawanku / melawanku / dimusuhiku / memusuhiku),

 

عَلِمَ - يَعْلَمُ (belajar) menjadi عَالَمَنِيْ (diajariku / mengajariku)

 

Kecuali fi'il madhinya terbentuk dari binak Mitsal Wawi yang dikasrahkan 'ain fi'il mudhari'nya seperti:  وَعَدَ - يَعِدُ, atau dari binak Ajwaf Ya`i seperti:  بَاعَ - يَبِيْعُ, atau yang Mu'tal Akhir dengan Ya` seperti:  رَمَى -  يَرْمِيْ. Maka dalam fi'il mubalaghohnya ditetapkan seperti biasanya.

 

 

BAB FA'ALA - YAF'ILU

Fi'il madhinya dibaca dengan fathah 'ain fi'ilnya, dan fi'il mudhari'nya dibaca dengan kasroh.

-       Dengan catatan dalam fi'il mudhari' binak mitsal wawinya dibuang fa' fi'ilnya, seperti: وَثَبَ يَثِبُ

-       Dengan syarat lam fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh di lam fi’il mudhori’nya seperti:

وَضَعَ يَضَعُ , وَقَعَ يَقَعُ , وَسِعَ يَسَعُ , وَطِئَ يَطَأُ

-       Ajwaf Ya`i, seperti: شَابَ يَشِيْبُ

-       Mu'tal Akhir dengan Ya`, seperti: قَضَى يَقْضِيْ

-       Dengan syarat 'ain fi'ilnya bukan huruf HALQI, jika sebaliknya maka tidak boleh dibaca kasroh di lam fi’il mudhori’nya, seperti: سَعَى يَسْعَى , نَعَى يَنْعَى

-       Mudho'af Lazim, seperti: فَرَّ يَفِرُّ

Jika tidak memenuhi syarat dan ketentuan diatas maka itu berbeda / menyimpang dari ukuran wazannya.

 

 

BAB FA’ALA - YAF’ALU

Fi’il madhinya dibaca dengan fathah, fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah juga. Yang sering terjadi untuk mengikuti wazan ini biasanya ‘ain dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti: فَتَحَ يَفْتَحُ , سَأَلَ يَسْأَلُ , وَضَعَ يَضَعُ

 

Karena tidak ada kalimat fi’il yang ‘ain fi’il madhi & mudhari’nya dibaca fathah kecuali ‘ain dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf HALQI, seperti:

سَأَلَ يَسْأَلُ , ذَهَبَ يَذْهَبُ , جَعَلَ يَجْعَلُ , شَغَلَ يَشْغَلُ , فَتَحَ يَفْتَحُ , شَدَخَ يَشْدَخُ

 

Adapun pada contoh أَبَى يَأْبَى , رَكَنَ يَرْكُنُ  ini dihukumi Syadz (melenceng dari ukuran wazannya).

 

Karena lafadz أَبَى يَأْبِيْ boleh mengikuti bab wazan فَعَلَ يَفْعِلُ  dengan dibaca fathah ‘ain fi’il madhinya dan kasroh ‘ain fi’il mudhari’nya. Dan juga boleh dibaca رَكَنَ يَرْكُنُ dengan fathah fi’il madhinya dan dhommah ‘ain fi’il mudhari’nya, dan dibaca رَكِنَ يَرْكَنُ dengan kasroh ‘ain fi’il madhinya dan fathah ‘ain fi’il mudhari’nya.

 

Bukan suatu keharusan jika ada ‘ain dan lam fi’il yang terdiri dari huruf halqi untuk dibaca fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya, karena ada contoh yang tidak mengikuti bab wazan ini (fathah ‘ain fi’il madhi dan mudhori’), seperti:

دَخَلَ يَدْخُلُ , رَغِبَ يَرْغَبُ , بَغَى يَبْغِيْ , سَمِعَ يَسْمَعُ , نَبُهَ يَنْبُهُ

Dan lain sebagainya yang tidak dapat disebutkan dalam pembahasan ini.

 

 


2.  WAZAN FA'ILA DENGAN DIBACA KASROH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: ‘ALIMA (عَلِمَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali dibaca fathah ‘ain fi’ilnya seperti: يَعْلَمُ  karena sesungguhnya setiap fi’il madhi yang ‘ain fi’ilnya dibaca kasroh maka fi’il mudhari’nya dibaca dengan fathah ‘ain fi’ilnya.

 

Kecuali ada 4 yang syadz :

1.    Kasrah ‘ain fi’il madhi dan mudhari’nya, serta juga boleh dibaca fathah pada fi’il mudhari’nya, adapun pendapat yang pertama lebih sahih:

حَسِبَ يَحْسِبُ يَحْسَبُ , بَئِسَ يَبْأَسُ يَبْئِسُ , نَعِمَ يَنْعَمُ , يَئِسَ يَيْأَسُ يَيْئِسُ

2.    Dan yang Syadz lainnya seperti :

وَرِثَ يَرِثُ , وَمِقَ يَمِقُ , وَرِمَ يَرِمُ , وَثِقَ يَثِقُ , وَرِيَ يَرِي , وَفِقَ يَفِقُ

Tidak ada dari contoh diatas kecuali dibaca dengan kasroh ‘ain fi’il madhi dan mudhori’nya. Kecuali ada 1 lafadz yang bisa dibaca fathah ‘ain fi’il madhinya dan kasroh ‘ain fi’il mudhari’nya (menurut yang lebih sohih): وَرَى يَرِي

 

Dan banyak dipembahasan ini kalimat fi’il yang menunjukkan terhadap kalimat yang ber’illat (berpenyakit) dan ahzan (kurang / tidak sempurna) dan yang berlawanan dengan keduanya. Seperti lafadz سَقِمَ حَزِنَ فَرِحَ . dan yang menunjukkan atas kekosongan dan kepenuhan seperti عَطِشَ شَبِعَ . dan yang menunjukkan bermacam macam warna, menyindir / mencela, perhiasan seperti سَوِدَ عَرِجَ دَعِجَ




3.  WAZAN FA'ULA DENGAN DIBACA DHOMMAH 'AIN FI'IL MADHINYA

Contohnya: HASUNA (حَسُنَ) tidak ada bentuk fi’il mudhari’nya kecuali dibaca dhommah ‘ain fi’ilnya seperti: يَحْسُنُ  .

 

Diterangkan dalam bab ini kalimat fi’il yang menunjukkan perilaku / perangai dan tabiat / watak yang tetap seperti:

كَرُمَ عَذُبَ حَسُنَ شَرُفَ جَمُلَ قَبُحَ

 

Dan juga setiap fi’il yang menunjukkan kekaguman, memuji, dan merendahkan semuanya terkait dengan pembahasan ini, jika tidak ditemukan dalam bab ini silahkan kembali ke pembahasan Af’alul Madhi wadz Dzammi (fi’il untuk memuji dan merendahkan), seperti contoh: “Seorang laki-laki telah ditetapkan (ditulis) sebagai seorang yang beruntung” dengan tujuan arti “Apa yang aku tuliskan untuk dia laki-laki” yang bermaksud untuk memuji dan mengagumi.

 

Dan tidak ada kalimat fi’il yang mengikuti wazan fa’ula kecuali utuh bentuk tsulatsinya dan tidak ber’illat, karena sesungguhnya tidak ada watak / tabiat seseorang kecuali melekat kepada dirinya. Seperti kekuatan dan tabiat: (kemuliaan dan kajahatan / keji), atau kebiasaan atas sesorang seperti: (berilmu pengetahuan dan pandai berbicara) yang maknanya “seseorang itu telah menjadi orang yang berilmu dan berdakwah” dan contoh lainnya.

 


KETERANGAN

Dan adapun harokat ‘ain fi’il amarnya dari setiap wazan yang disebut diatas sama seperti bacaan harokat ‘ain fi’il mudhori’nya, seperti: اُنْصُرْ اُجْمُلْ اِرْجِعْ اِسْأَلْ اِعْلَمْ

Semua wazan yang diterangkan adalah wazan sama’i (diterima secara pendengaran), kecuali pada lafadz / kalimat yang dikeluarkan / dibuang dari wazan.

 

Adapun wazan – wazannya tsulatsi mazid semuanya qiyasi (ada patokan / takaran / ukurannya) seperti itu pula wazan dari ruba’i mujarrad.



DOWNLOAD VERSI PDF



Terimakasih telah berkunjung ke Blog Cendekiawan Santri
read more
Bahasa Arab Jamiuddurus Juz 1 - Bab 1 Nahwu

Pendahuluan - Pembukaan Jamiuddurus Percetakan yang Pertama (Mukaddimah)




Bismillahirrohmanirrahim

Terjemah Pembukaan Kitab Jamiuddurus Percetakan yang Pertama

 

Segala puji kepada dzat yang mengendalikan segala perkara dengan (tangan-Nya) Kekuasaan-Nya, yang menjadikan segala urusan sebagai perumpamaan yang dikehendaki-Nya. Dia adalah dzat yang mengerjakan sesuatu dengan kehendaknya sendiri, tatkala Allah menghendaki sesuatu maka Dia akan mengatakan terhadap sesuatu itu : Jadi, Maka Jadilah. Maha suci Allah yang kalam-Nya tidak terkontaminasi dengan lafadz dan huruf. Yang maha suci asma - asma-Nya. Yang maha agung sifat - sifat-Nya. Dan selalu menjadi sumber hikmah apapun yang dikerjakan-Nya.

 

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi yang bangsa arab dan ummiy, yang sangat fasih dalam mengucapkan huruf dhod, yaitu Nabi Muhammad hamba Allah SWT dan utusan-Nya, semoga juga terlimpah curahkan kepada keluarganya, dan saudara-saudaranya dari nabi dan rasul Allah SWT yang diliputi dengan petunjuk dan membawa kebahagiaan, orang yang memberikan contoh dengan perumpaman / contoh dari mereka dan memberikan tauladan dengan petunjuk-petunjuk mereka.

 

Dengan ini kami melihat adanya keinginan untuk mendapatkan intan berlian terhadap dicetaknya suatu kitab dalam menerangkan ilmu bahasa arab, yang memudahkan dalam pengambilan kaidah (sumber atau ‘ibarat), yang memperjelas / menerangkan dalam segi maknanya, yang mengutip kaidah-kaidah dari pemahaman ulama’, dan mengumpulkan pendapat-pendap dari ulama’, maka kami sengaja membuat karangan kitab ad-durus al-arabiyah, maka kami memulainya dengan 4 tulisan sebagai pengetahuan awal, dan 3 tulisan untuk pembelajaran tingkat kedua. Maka mengharap dengan harapan yang besar dan kitab ini dapat diterima dikalangan ustadz (guru pengajar) dengan baik. Dan membuat penerbitan kitab ini lebih banyak.

 

Maka dari itu kami kumpulkan kitab-kitab diatas (Durusul Arabiyah) menjadi (Jami’uddurus Al-Arabiyyah) kumpulan kitab pelajaran bahasa arab. Yang kami kumpulkan menjadi 3 juz yang terdiri dari kaidah ilmu sharraf dan kaidah ilmu nahwu yang tidak disusun dengan tulisan yang terlalu berlebihan dan meluas sehingga membuat bingung, dan orang-orang yang menginginkan sebagian besar kaidah ilmu bahasa arab, karena sesungguhnya kitab ini meliputi apa yang diharapkan dari kedua ilmu tersebut baik dari segi kaidah dan penjelasan, sehingga terciptalah kitab yang lengkap dan baik, yang didalamnya ada tuntunan untuk menulis dan kumpulan dari pendapat ulama’ dan dicari / dikumpulkan dari beberapa sumber-sumber yang akurat dan dibuat rujukan tertinggi dalam ilmu ini.

 

Telah kami jelaskan apa yang kami rangkum dan kumpulkan dalam mengarang kitab ini dan menyusun kitab ini. Maka kami rapikan dan perbaiki dan semoga Allah SWT meridhai dan memberikan balasan terhadap usaha kami dalam mengumpulkan ilmu gramatika bahasa arab yang luhur ini.

read more
Amalan Harian Fikih Islam Fiqh Info & Berita Islam

Bagaimana tata cara shalat gerhana bulan

Pada Rabu 26 Mei 2021 bakal ada gerhana bulan total yang dapat disaksikan masyarakat Indonesia. Fenomena alam ini bisa disaksikan mulai pukul 18.08 WIB hingga 18.26 WIB. Gerhana Bulan sendiri sudah dimulai dari pukul 16.43 WIB dan akan berakhir pada pukul 19.51 WIB. Total durasi gerhana berlangsung selama 3 jam 8 menit.


Gerhana bulan dalam bahasa Arab disebut “khusuf”. Saat terjadi fenomena gerhana bulan kita dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunah dua rakaat atau shalat sunah khusuf. Shalat sunah ini terbilang sunah muakkad.


Artinya, “Jenis kedua adalah shalat sunah karena suatu sebab terdahulu, yaitu shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat dua gerhana, shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Ini adalah shalat sunah yang sangat dianjurkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman 109). 


Secara umum pelaksanaan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan diawali dengan shalat sunah dua rakaat dan setelah itu disusul dengan dua khutbah seperti shalat Idul Fitri atau shalat Idul Adha di masjid jami. Hanya saja bedanya, setiap rakaat shalat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk. Sedangkan dua khutbah setelah shalat gerhana matahari atau bulan tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua shalat Id. 

Jamaah shalat gerhana bulan adalah semua umat Islam secara umum sebagai jamaah shalat Id. Sedangkan imamnya dianjurkan adalah pemerintah atau naib dari pemerintah setempat.


Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:

Ushalli sunnatal khusuf rak'ataini imaman/makmuman lillahi ta'ala 

Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.” 


Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut:

  1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
  2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
  3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang).
  4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-Baqarah.
  5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Ali Imran atau selama surat itu.
  6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah.
  7. Itidal. Baca doa i’tidal.
  8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.
  9. Duduk di antara dua sujud.
  10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.
  11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.
  12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada diri kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
  13. Salam.
  14. Imam atau orang yang diberi wewenang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, tobat, sedekah, memerdekakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.


Apakah boleh dibuat dalam versi ringkas? Dalam artian seseorang membaca Surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan?

Atau bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali selesai membaca Surat Al-Fatihah? Boleh saja.

Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini.

Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman 303).


Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat dua rakaat gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. Demikian tata cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. Wallahu a’lam. (Dipersembahkan oleh: Alhafiz K - NU.or.id)

read more

Terpopuler

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang Abuya Nurhasanuddin lahi...
read

Lafadz HINDUN ( هِنْدٌ ) Termasuk pada Isim Munshorif apa Isim Ghoiru Munshorif ??

Pertanyaan: Lafadz  هندٌ  itu termasuk isim  munshorif atau isim  ghoiru  munshorif , jika termasuk isim ghoiru munshorif mengapa dit...
read

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik,  Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Alfiyah ...
read

Biografi KH. Syarifuddin - Wonorejo, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.

Riwayat Hidup Kyai Syarif ULAMA ’YANG MENCETAK ULAMA’ Kyai Syarif Pendiri Pondok Pesantren “Kyai Syarifuddin” Wonorejo Lumajang. Kyai Syar...
read

Download ebook Kunuzussa'adah pdf | Ma'had Darussa'adah Al-Islamy

     Assalamu'alaikum Wr.  Wb.      Para cendekia sekalian pada kali ini kami akan berbagi file dokumen Kunuzussa'adah   (pdf)...
read

Find Us Facebook

Design by Desain Profesional