Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam
M E N U
  • HOME
  • BIOGRAFI ULAMA'
  • BAHTSUl MASAIL
  • Info & Berita Islami
  • Kajian
  • _Tajwid
  • _Bahasa Arab
  • _Shorrof
  • _Nahwu
  • _Fiqh
  • _Tasawwuf
  • _Ibroh
  • _Lirik dan Syair
  • Amalan Harian
  • Cerpen & Novel
  • _Cerpen Cerdas
  • _Cerpen Islami
  • _Novel islami
  • _Mimpi di atas Awan
  • _Tanda Titik
  • _Azwidatul Azkiya'
  • Bisnis Online

Home » Fiqh » Tanggapan Kyai NU Jawa Timur Soal Hukum Ucapkan Selamat Natal

Tanggapan Kyai NU Jawa Timur Soal Hukum Ucapkan Selamat Natal

Dipublikasikan oleh: Abdul Mannan Syaroni Pada: Friday, January 04, 2019

JEMBER - Semoga masih belum terlambat demi menyampaikan sebuah kebenaran, kami menilai perlunya penjelasan KH.Muhammad Idrus Ramli (Pengus Lajnah wan Nasyr PWNU Jawa Timur & Sekertaris LBM NU Jember) soal ucapan selamat natal
HUKUM UCAPAN SELAMAT NATAL
Oleh : KH.Muhammad Idrus Ramli
(Pengus Lajnah wan Nasyr PWNU Jawa Timur & Sekertaris LBM NU Jember)
Sebelum menjelaskan hukum ucapan selamat natal, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan; 
Pertama, ucapan selamat biasanya diucapkan ketika seseorang bersuka cita atau menerima kesenangan yang dibenarkan dalam agama seperti ketika hari raya idul fitri, kelahiran anak, pernikahan dan lain-lain. Hal ini seperti kita baca dalam kitab Wushul al-Amani fi Ushul al-Tahani, karya al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, dalam himpunan kitabnya al-Hawi lil-Fatawi juz 1.
Kedua, ucapan selamat juga diucapkan ketika seseorang bersuka cita karena menerima kenikmatan atau terhindar dari malapetaka, seperti dikemukakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
al-‘Aqalani dalam kitabnya, Juz’ fi al-Tahni’ah bil-A’yad.
Dalam konteks ini beliau berkata:
ﻳﺴﺘﺪﻝ ﻟﻌﻤﻮﻡ ﺍﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﻟﻤﺎ ﻳﺤﺪﺙ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﺍﻭ ﻳﻨﺪﻓﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻘﻢ ﺳﺠﻮﺩ ﺍﻟﺸﻜﺮ ﻟﻤﻦ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻪﻭﻫﻮ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﻭﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻟﺘﻌﺰﻳﺔ ﻟﻤﻦ ﺃﺻﻴﺐ ﺑﺎﻹﺧﻮﺍﻥ . )ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ، ﺟﺰﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻬﺌﺔﻓﻲ ﺍﻷﻋﻴﺎﺩ، ﺹ 46 )
“Keumuman ucapan selamat terhadap kenikmatan yang terjadi atau malapetaka yang terhindar menjadi dalil sujud syukur bagi orang yang berpendapat demikian, yaitu mayoritas ulama dan dianjurkannya bertakziyah bai orang-orang yang ditimpa malapetaka.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Juz’ fi al-Tahni’ah fil-‘Id, hal. 46).
Ketiga, para ulama menganggap hari raya non Muslim, bukan termasuk hari raya yang baik dan mendatangkan kebaikan bagi umat Islam. Dalam konteks ini al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi berkata dalam kitabnya al-Amru bil-Ittiba’ wa al-Nahyu ‘anin al-Ibtida’ sebagai berikut:
ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺍﺕ ﻣﺸﺎﺑﻬﺔ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﻣﻮﺍﻓﻘﺘﻬﻢ ﻓﻲ ﺃﻋﻴﺎﺩﻫﻢ ﻭﻣﻮﺍﺳﻤﻬﻢ ﺍﻟﻤﻠﻌﻮﻧﺔ ﻛﻤﺎﻳﻔﻌﻠﻪ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺟﻬﻠﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﻣﺸﺎﺭﻛﺔ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻭﻣﻮﺍﻓﻘﺘﻬﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻮﻧﻪ ﻓﻲ ﺧﻤﻴﺲﺍﻟﺒﻴﺾ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺍﻛﺒﺮ ﺍﻋﻴﺎﺩ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ )ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺟﻼﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ، ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻻﺗﺒﺎﻉ ﻭﺍﻟﻨﻬﻲﻋﻦ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍﻉ ﺹ 141 
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka selayaknya ucapan selamat natal dihukumi haram dan harus dihindari oleh umat Islam. Dalam konteks ini, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah al-Hanbali berkata:
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺸﻌﺎﺋﺮ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺔ ﺑﻪ ﻓﺤﺮﺍﻡ ﺑﺎﻻﺗﻔﺎﻕ ﻣﺜﻞ ﺃﻥ ﻳﻬﻨﺌﻬﻢ ﺑﺄﻋﻴﺎﺩﻫﻢ ﻭﺻﻮﻣﻬﻢﻓﻴﻘﻮﻝ ﻋﻴﺪ ﻣﺒﺎﺭﻙ ﻋﻠﻴﻚ ﺃﻭ ﺗﻬﻨﺄ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻓﻬﺬﺍ ﺇﻥ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﺋﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﺑﻤﻨﺰﻟﺔ ﺃﻥ ﻳﻬﻨﺌﻪ ﺑﺴﺠﻮﺩﻩ ﻟﻠﺼﻠﻴﺐ ﺑﻞ ﺫﻟﻚ ﺃﻋﻈﻢ ﺇﺛﻤﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﺷﺪ ﻣﻘﺘﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺸﺮﺏ ﺍﻟﺨﻤﺮ ﻭﻗﺘﻞ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻭﺍﺭﺗﻜﺎﺏ ﺍﻟﻔﺮﺝ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻭﻧﺤﻮﻩ ... ﻭﺇﻥ ﺑﻠﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞﺑﺬﻟﻚ ﻓﺘﻌﺎﻃﺎﻩ ﺩﻓﻌﺎ ﻟﺸﺮ ﻳﺘﻮﻗﻌﻪ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﻤﺸﻰ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻢ ﻳﻘﻞ ﺇﻻ ﺧﻴﺮﺍ ﻭﺩﻋﺎ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﺘﻮﻓﻴﻖﻭﺍﻟﺘﺴﺪﻳﺪ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ. ) ﺍﺑﻦ ﻗﻴﻢ ﺍﻟﺠﻮﺯﻳﺔ، ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ 1/442 )
“Adapun ucapan selamat dengan simbol-simbol yang khusus dengan kekufuran maka adalah haram berdasarkan kesepakatan ulama, seperti mengucapkan selamat kepada kafir dzimmi dengan hari raya dan puasa mereka. Misalnya ia mengatakan, hari raya berkah buat Anda, atau Anda selamat dengan hari raya ini dan sesamanya. Ini jika yang mengucapkan selamat dari kekufuran, maka termasuk perbuatan haram. Ucapan tersebut sama dengan ucapan selamat dengan bersujud kepada salib. Bahkan demikian ini lebih agung dosanya menurut Allah dan lebih dimurkai daripada ucapan selamat atas minum khamr, membunuh seseorang, perbuatan zina yang haram dan sesamanya. ..
Apabila seseorang memang diuji dengan demikian, lalu melakukannya agar terhindar dari keburukan yang dikhawatirkan dari mereka, lalu ia datang kepada mereka dan tidak mengucapkan kecuali kata-kata baik dan mendoakan mereka agar memperoleh taufiq dan jalan benar, maka hal itu tidak lah apa-apa.” (Ibnu Qayyimil Jauziyyah, Ahkam Ahl al-Dzimmah, juz 1 hal. 442).


Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa ucapan selamat natal, hukumnya haram dilakukan oleh seorang Muslim, karena termasuk mengagungkan simbol-simbol kekufuran menurut agamanya.
Lalu bagaimana, jika sekelompok umat Islam berpartisipasi menghadiri acara natal dengan tujuan mengamankan acara natalan??? Tentu saja, hukumnya juga haram. Al-Imam Abu
al-Qasim Hibatullah al-Thabari al-Syafi’i, seorang ulama fiqih madzhab Syafi’i berkata:
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﻫﺒﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺍﻟﻄﺒﺮﻱ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﺤﻀﺮﻭﺍ ﺃﻋﻴﺎﺩﻫﻢ ﻷﻧﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻜﺮ ﻭﺯﻭﺭ ﻭﺇﺫﺍ ﺧﺎﻟﻂ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺑﻐﻴﺮ ﺍﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻛﺎﻟﺮﺍﺿﻴﻦ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺆﺛﺮﻳﻦ ﻟﻪ ﻓﻨﺨﺸﻰ ﻣﻦ ﻧﺰﻭﻝ ﺳﺨﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ
ﺟﻤﺎﻋﺘﻬﻢ ﻓﻴﻌﻢ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺳﺨﻄﻪ
“Telah berkata Abu al-Qasim Hibatullah bin al-Hasan bin anshur al-Thabari, seorang faqih bermadzhab Syafi’i: “Kaum Muslimin tidak boleh (haram) menghadiri hari raya non Muslim, karena mereka melakukan kemunkaran dankebohongan. Apabila orang baik bercampur dengan orang yang melakukan kemungkaran, tanpa melakukan keingkaran kepada mereka, maka berarti mereka rela dan memilih (mendahulukan) kemungkaran tersebut., maka dikhawatirkan turunnya kemurkaan Allah atas jamaah mereka (non-Muslim), lalu menimpa seluruhnya, kita berlindung dari murka Allah.”
Bagaimana jika ada orang berkata, tidak apa-apa mengucapkan selamat natal, dengan tujuan selamat atas lahirnya Nabi Isa ‘alaihissalam? Ucapan orang ini perlu dipertanyakan. Kepada siapa Anda memberikan fatwa tersebut? Kepada orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad shalllallahu ‘alaihi wasallam dan nabi-nabi lainnya yang iducapkan di rumahnya dan bukan pada hari natal? Secara jujur saja, kepada siapa dia mengucapkan selamat natal? Apakah kepada Isa ‘alaihissalam, secara khusus, tanpa diucapkan kepada non-Muslim??? Atau selamat natal diucapkan kepada non-Muslim pada hari raya mereka???
Tulisan ini perlu disempurnakan oleh para pembaca.
Wallahu a’lam.
Wassalam
Muhammad Idrus Ramli,
Alhamdulillah masih ada NU yg masih lurus
Label: akhlaq Bahtsul Masail Fikih Islam Fiqh

0 Response to "Tanggapan Kyai NU Jawa Timur Soal Hukum Ucapkan Selamat Natal"

Tulis komentar anda

Silahkan Berkomentar dengan Baik dan Sopan, Terimakasih

Terpopuler

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang Abuya Nurhasanuddin lahi...
read

Lafadz HINDUN ( هِنْدٌ ) Termasuk pada Isim Munshorif apa Isim Ghoiru Munshorif ??

Pertanyaan: Lafadz  هندٌ  itu termasuk isim  munshorif atau isim  ghoiru  munshorif , jika termasuk isim ghoiru munshorif mengapa dit...
read

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik,  Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Alfiyah ...
read

Download ebook Kunuzussa'adah pdf | Ma'had Darussa'adah Al-Islamy

     Assalamu'alaikum Wr.  Wb.      Para cendekia sekalian pada kali ini kami akan berbagi file dokumen Kunuzussa'adah   (pdf)...
read

Biografi KH. Syarifuddin - Wonorejo, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.

Riwayat Hidup Kyai Syarif ULAMA ’YANG MENCETAK ULAMA’ Kyai Syarif Pendiri Pondok Pesantren “Kyai Syarifuddin” Wonorejo Lumajang. Kyai Syar...
read

Find Us Facebook

Design by Desain Profesional