Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam

Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam
M E N U
  • HOME
  • BIOGRAFI ULAMA'
  • BAHTSUl MASAIL
  • Info & Berita Islami
  • Kajian
  • _Tajwid
  • _Bahasa Arab
  • _Shorrof
  • _Nahwu
  • _Fiqh
  • _Tasawwuf
  • _Ibroh
  • _Lirik dan Syair
  • Amalan Harian
  • Cerpen & Novel
  • _Cerpen Cerdas
  • _Cerpen Islami
  • _Novel islami
  • _Mimpi di atas Awan
  • _Tanda Titik
  • _Azwidatul Azkiya'
  • Bisnis Online

JADWAL UPDATE ARTIKEL

  • SENIN: Biografi Ulama' (Informasi & Cerita)
  • SELASA: Fiqh & Hadits
  • RABU: Bahasa Arab, Nahwu & Shorrof
  • KAMIS: Al Qur'an (Tajwid)
  • SABTU: Ibroh & Lirik Sya'ir
  • AHAD: Amalan Harian

Home » All posts

Fikih Islam Fiqh

Macam - macam najis | Dan cara mensucikannya

Macam - macam najis | Dan cara mensucikannya

     Secara garis besar Najis terbagi menjadi tiga (3)
  1. Najis Mughalladlah : najisnya anjing dan babi serta keturunan dari salah satunya 
  2. Najis Mukhaffafah : air kencing anak kecil (laki laki) yang belum pernah makan selain air susu dan belum genap berusia 2 tahun
  3. Najis Mutawassithah : seluruh bentuk-bentuk najis lainya termasuk kategori mutawassithah.
 dalil

Cara mensucikannya :
  1.  Najis Mughalladhah : Setelah menghilangkan 'ain-nya (bentuk najisnya) , dibasuh 7 basuhan salah satunya dicampur dengan tanah liat / debu yang kering.
  2. Najis Mukhofafah : Dengan mengaliri air pada yang ada najisnya dan hilang ain-nya (bentuk najisnya).
  3. Najis Mutawasshithah terbagi menjadi 2 yaitu :
      - Najis Mutawassithah `Ainiyyah : Najis yang memiliki warna, bau dan rasa, jadi cara mensucikannya dengan menghilangkan ketiga-tiganya (warna, bau & rasa)
     - Najis Mutawassithah Hukmiyyah : Najis yang tidak memiliki warna, bau & rasa, jadi cara mensucikannya hanya dengan mengaliri air saja.
          Keterangan ini diambil dari dua (2) fasal didalam kitab "Safinatun Najah"

 dalil
read more
Bahtsul Masail Fiqh Info & Berita Islam

Hukum memakai kalung, gelang dan Azimat

Hukum memakai kalung, gelang dan Azimat

Pertanya'an :

*Whatsapp : ukhty dari Karangrejo-Donomulyo-Malang
+62857-****-****

Sekarang viral gelang sawan. Bagaimana islam menyikapinya?

Silahkan bergabung di grup WA Cendekiawan Santri | link disebelah kanan pojok



Jawaban :

Assalamu'alaikum wr. wb.

     Para Cendekia sekalian, semoga selalu dirohmati Allah SWT. Silahkan simak keterangan berikut :
Mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasanya tidak lepas dari ikhtiar atau usaha seorang hamba, yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT. Jadi sebenanya, membaca hizib, dan memakai azimat, tidak lebih sebagai salah satu bentuk doa kepada Allah SWT. Dan Allah SWT sangat menganjurkan seorang hamba untuk berdoa kepada-Nya. Allah SWT berfirman:

اُدْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ

'Berdoalah kamu, niscya Aku akan mengabulkannya untukmu. (QS al-Mu'min: 60)

Ada beberapa dalil dari hadits Nabi yang menjelaskan kebolehan ini. Di antaranya adalah:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الأشْجَعِي، قَالَ:" كُنَّا نَرْقِيْ فِيْ الجَاهِلِيَّةِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ

Dari Auf bin Malik al-Asja’i, ia meriwayatkan bahwa pada zaman Jahiliyah, kita selalu membuat azimat (dan semacamnya). Lalu kami bertanya kepada Rasulullah, bagaimana pendapatmu (ya Rasul) tentang hal itu. Rasul menjawab, ''Coba tunjukkan azimatmu itu padaku. Membuat azimat tidak apa-apa selama di dalamnya tidak terkandung kesyirikan."
 (HR Muslim [4079]).

Dalam At-Thibb an-Nabawi, al-Hafizh al-Dzahabi menyitir sebuah hadits:

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Apabila salah satu di antara kamu bangun tidur, maka bacalah (bacaan yang artinya) Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah SWT yang sempurna dari kemurkaan dan siksaan-Nya, dari perbuatan jelek yang dilakukan hamba-Nya, dari godaan syetan serta dari kedatangannya padaku. Maka syetan itu tidak akan dapat membahayakan orang tersebut." Abdullah bin Umar mengajarkan bacaan tersebut kepada anak­anaknya yang baligh. Sedangkan yang belum baligh, ia menulisnya pada secarik kertas, kemudian digantungkan di lehernya.
 (At-Thibb an-Nabawi, hal 167).

Dengan demikian, hizib atau azimat dapat dibenarkan dalam agama Islam. Memang ada hadits yang secara tekstual mengindikasikan keharaman meoggunakan azimat, misalnya:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قاَلَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ الرُّقًى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوَالَةَ شِرْكٌ

Dari Abdullah, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “'Sesungguhnya hizib, azimat dan pelet, adalah perbuatan syirik.” (HR Ahmad [3385]).

Mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar, salah seorang pakar ilmu hadits kenamaan, serta para ulama yang lain mengatakan:

"Keharaman yang terdapat dalam hadits itu, atau hadits yang lain, adalah apabila yang digantungkan itu tidak mengandung Al-Qur’an atau yang semisalnya. Apabila yang digantungkan itu berupa dzikir kepada Allah SWT, maka larangan itu tidak berlaku. Karena hal itu digunakan untuk mengambil barokah serta minta perlindungan dengan Nama Allah SWT, atau dzikir kepado-Nya." (Faidhul Qadir, juz 6 hal 180-181)

lnilah dasar kebolehan membuat dan menggunakan amalan, hizib serta azimat. Karena itulah para ulama salaf semisal Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyyah juga membuat azimat.

A-Marruzi berkata, ''Seorang perempuan mengadu kepada Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal bahwa ia selalu gelisah apabila seorang diri di rumahnya. Kemudian Imam Ahmad bin Hanbal menulis dengan tangannya sendiri, basmalah, surat al-Fatihah dan mu'awwidzatain (surat al-Falaq dan an-Nas)." Al-Marrudzi juga menceritakan tentang Abu Abdillah yang menulis untuk orang yang sakit panas, basmalah, bismillah wa billah wa Muhammad Rasulullah, QS. al-Anbiya: 69-70, Allahumma rabbi jibrila dst. Abu Dawud menceritakan, "Saya melihat azimat yang dibungkus kulit di leher anak Abi Abdillah yang masih kecil." Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah menulis QS Hud: 44 di dahinya orang yang mimisan (keluar darah dari hidungnya), dst." (Al-Adab asy-Syar'iyyah wal Minah al-Mar'iyyah, juz II hal 307-310)

Namun tidak semua doa-doa dan azimat dapat dibenarkan. Setidaknya, ada tiga ketentuan yang harus diperhatikan.

1. Harus menggunakan Kalam Allah SWT, Sifat Allah, Asma Allah SWT ataupun sabda Rasulullah SAW

2. Menggunakan bahasa Arab ataupun bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.

3. Tertanam keyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun, tapi (apa yang diinginkan dapat terwujud) hanya karena takdir Allah SWT. Sedangkan doa dan azimat itu hanya sebagai salah satu sebab saja." (Al-Ilaj bir-Ruqa minal Kitab was Sunnah, hal 82-83).


KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember


==========

Semoga artikel ini Bermanfa'at AAMIIN, Apabila ada kesalahan dalam baik dalam penulisan ataupun yang lain kami memohon maaf sebesar-besarnya.

read more
Hadits Tasawwuf

√Istananya sang pemaaf

*~ ISTANANYA SANG PEMAAF ~*

√Istananya sang pemaaf

Pada suatu hari, Rasulullah saaw sedang berkumpul dgn para sahabatnya.
Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah saaw tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.
Umar yang berada di situ, bertanya :
"Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"
Rasulullah saaw menjawab :
" Aku diberitahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT."
"Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata :
‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah SWT berfirman :
"Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun..?"
Orang itu berkata :
" Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya"
Sampai di sini, mata Rasulullah saaw berkaca-kaca.
Rasulullah saaw tidak mampu menahan tetesan airmatanya.
Beliau menangis...
Lalu, beliau Rasulullah saaw berkata :

"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."
Rasulullah saaw  melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi :
" Sekarang angkat kepalamu.."
Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata :
" Ya Rabb, aku melihat di depan ku *ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian..! "
"Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman :
" Istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata :
"Siapakah yang  mampu membayar harganya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
"Engkaupun mampu membayar harganya."
Orang itu terheran-heran, sambil berkata :
" Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
‘CARAnya, engkau MAAFkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.
Orang itu berkata :
"Ya Rabb, kini aku memaafkannya."
Allah berfirman :
"Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu..."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saaw berkata :
"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFKAN, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."

(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.)



==========
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam Surat Ali Imron ayat 133-134;

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ 
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ١٣٤

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sudah jama' dalam kehidupan kita, meminta maaf dan memaafkan adalah pekerjaan yang maha berat. Meski sudah menyadari kesalahan namun meminta maaf kepada mereka yang telah didzalimi dan disakiti bukan perkara yang mudah.
Ada semacam ego atau gengsi yang mencegah seseorang untuk mengatakan, “Aku minta maaf, aku telah bersalah.”
Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan karena ia merasa sedemikian mulia sehingga malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.
Sebaliknya, meski bisa menahan sakit akibat kedzaliman orang lain, memberi maaf juga bukan perkara yang mudah. Ada semacam rasa sakit yang tergores yang seakan-akan tidak bisa lepas dari ingatan dan akan senantiasa membekas.

Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berlapang dada dan pemaaf.
Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Memberi maaf orang atas kesalahan yang mungkin tidak disengajanya termasuk keutamaan tersendiri bagi orang yang tersakiti. Rasululllah bersabda,

ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shodaqoh, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan kemulyaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR.Tirmidzi)



Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah Surga. Beliau bersabda dalam hadits Ibnu Abbas;

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ : أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ ” .
“Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, “Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya.”


Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah karena tidak mampu membalas. Sebab memaafkan orang lain terutama seseorang mampu membalas merupakan kemuliaan karena ia belajar dari sifat-sifat Allah, yaitu Al-‘Afuwwu Al-Qoodiru (Yang Maha Memaafkan dan Maha Berkuasa).
Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga Allah.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”

“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani).*/Imron Mahmud

read more
Fikih Islam Fiqh Tasawwuf

Mengambil sunnah menjauhi bid'ah - keterangan Abi Ihya' Ulumuddin | Cendekiawan Santri

بسم الله الرحمن الرحيم
"Sunan Turmudzi - MNH pujon"
Rabu 19 Dzul Qo'dah  1439  H / 1 Agustus 2108 M.

Mengambil sunnah menjauhi bid'ah - keterangan Abi Ihya' Ulumuddin | Cendekiawan Santri

_*Rangkuman Ta'lim Abina KH. M. Ihya 'Ulumiddin*
*BAB MENGAMBIL SUNNAH DAN MENJAUHI BID'AH*
Abuya Sayyid Muhammad berkata :
Ketika seseorang mempunyai cakrawala keilmuan yang luas,  maka tidak akan mudah menyalahkan orang lain.
Dengan keilmuan yang benar,  maka pasti akan mengetahui mana yang benar-benar syariat dan mana yang bukan,
Sebab banyak orang yang ingin merusak islam dengan memperbanyak urusan-urusan bid'ah dalam syariat.
Diriwayatkan oleh Sahabat Irbad bin Saariyah,
Sesungguhnya Rosululloh bersabda :
suatu hari Rosululloh pernah menasehati kami setelah sholat subuh,  dengan nasehat yang luar biasa sehingga menyebabkan air mata ini meleleh dan menyentuh hati ,
Maka salah seorang Sahabat berkata:  seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan,
Lalu Apakah yang hendak anda sampaikan wahai Rosululloh ?
Maka Rosululloh melanjutkan: 
aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa taat kepada Alloh SWT ,
Dan senantiasa patuh dan taat kepada pemimpinnya ( Kholifah) ,
walaupun yang memimpin adalah seorang budak,
maka barang siapa yang hidup dari kalian pasti melihat perselisihan yg sangat banyak,
Maka berhati-hatilah dari urusan-urusan yang baru ( hal-hal bid'ah secara syariat)  ,
Sebab hal-hal bid'ah itu adalah kesesatan,
Maka barang siapa mendapati hal tersebut maka berpegang teguhlah dengan Sunnahku dan Sunnah para khulafaur Rosyidin yang diberi hidayah.
Maka gigitlah dengan gigi geraham kalian (memegang secara sungguh-sungguh) .
Memang benar kekholifahan itu memang harus ada,  sebab kholifah adalah pengawal akan berjalannya syariat islam, 
Akan tetapi dalam perjalanannya kekholifahan telah runtuh sejak tahun1924 M,
Maka dalam menjalankan agama ini, ada para ulama' yang juga sebagai pengawal agama ini,
Dalam menjalankan syariat ini,  hendaklah berhati-hati dari urusan bid'ah dalam syariat,
adapun urusan dunia,  pasti ada perkembangannya seiring dengan perkembangan zaman.
Untuk pengambilan dasar hukum semuannya mempunyai dalil masing-masing,
Sehingga tidak heran jika ada satu perkara yang mempunyai banyak hukum,  disebabkan dalil yang berbeda-beda.
Menghidupkan dan mengajak mengerjakan amalan-amalan sunnah yang mulai banyak ditinggalkan,  maka akan memperoleh pahala yang sangat banyak,
Begitu juga membuat urusan baru dan banyak diikuti maka akan banyak dosa yang akan ditanggung,
Dalam dunia pondok pesantren, banyak hal terkait pengamalan sunnah-sunnah Rosululloh SAW mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar,  sebab disitulah di kenalkan bagaimana mencintai Rosululloh SAW ,
Dan dalam perjalanannya maka dibutuhkan bimbingan guru Murobbi,
Guru yang benar-benar memperhatikan santrinya mulai hal yang kecil sampai urusan-urusan penting.
=====

المربي : الذي يعلم صغار العلم قبل كباره
     Murobbi : yang mengajarkan urusan-urusan kecil sebelum urusan yang besar. 
Dan yang penting juga adalah menjaga agar hati tetap hidup.

والله يتولى الجميع برعايته
Talkhis by Ammi Baihaqi

read more
cerpen cerdas cerpen islami Ibroh

SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA | cerpen cerdas| Cendekiawan-Santri

*HIKMAH MUTIARA*

SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA | cerpen cerdas| Cendekiawan-Santri

     Seorang profesor yang berpaham liberal berbicara dalam sebuah kelas fizik.
Profesor: "Apakah Allah menciptakan segala yang ada?"
Para mahasiswa: "Betul! Dia pencipta segalanya."
Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."
(Semua terdiam. Agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).
Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.
Mahasiswa: "Prof! Saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"
Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja, dingin itu ada."
Mahasiswa: "Prof! Dingin itu tidak ada. Menurut hukum fizik, yang kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas.
Suhu -460 degree Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam. Tidak boleh bertindak pada suhu tersebut.
Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas ya.
Selanjutnya! Apakah gelap itu ada?"
Profesor: "Tentu saja ada!"
Mahasiswa: "Anda salah lagi Prof! Gelap juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya boleh kita pelajari. Sedangkan gelap tidak boleh.
Kita boleh menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna.
Tapi! Anda tidak boleh mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensiti cahaya di ruangan itu.
Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.
Jadi! Apakah kejahatan, kemaksiatan itu ada?"
Profesor mulai bimbang tapi menjawab juga: "Tentu saja ada."
Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah Prof! Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan atau kemaksiatan. Seperti dingin dan gelap juga.
Kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk menggambarkan kelalaiannya kepada Allah
Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Allah dalam hati manusia."
Profesor terpaku dan terdiam!

==========
Dosa terjadi kerana manusia lupa hadirkan Allah dalam hatinya..
Hadirkan Allah dalam hati pada setiap saat, maka akan selamatlah diri kita Itulah IMAN
SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA..
Semoga bermanfaat.
read more

Terpopuler

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang Abuya Nurhasanuddin lahi...
read

Lafadz HINDUN ( هِنْدٌ ) Termasuk pada Isim Munshorif apa Isim Ghoiru Munshorif ??

Pertanyaan: Lafadz  هندٌ  itu termasuk isim  munshorif atau isim  ghoiru  munshorif , jika termasuk isim ghoiru munshorif mengapa dit...
read

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik,  Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Alfiyah ...
read

Biografi KH. Syarifuddin - Wonorejo, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.

Riwayat Hidup Kyai Syarif ULAMA ’YANG MENCETAK ULAMA’ Kyai Syarif Pendiri Pondok Pesantren “Kyai Syarifuddin” Wonorejo Lumajang. Kyai Syar...
read

Download ebook Kunuzussa'adah pdf | Ma'had Darussa'adah Al-Islamy

     Assalamu'alaikum Wr.  Wb.      Para cendekia sekalian pada kali ini kami akan berbagi file dokumen Kunuzussa'adah   (pdf)...
read

Find Us Facebook

Design by Desain Profesional