Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam

Cendekiawan Santri - Mudzakaroh dan Musyawarah serta Bahtsul Masail Seputar Ilmu Syariat Islam
M E N U
  • HOME
  • BIOGRAFI ULAMA'
  • BAHTSUl MASAIL
  • Info & Berita Islami
  • Kajian
  • _Tajwid
  • _Bahasa Arab
  • _Shorrof
  • _Nahwu
  • _Fiqh
  • _Tasawwuf
  • _Ibroh
  • _Lirik dan Syair
  • Amalan Harian
  • Cerpen & Novel
  • _Cerpen Cerdas
  • _Cerpen Islami
  • _Novel islami
  • _Mimpi di atas Awan
  • _Tanda Titik
  • _Azwidatul Azkiya'
  • Bisnis Online

JADWAL UPDATE ARTIKEL

  • SENIN: Biografi Ulama' (Informasi & Cerita)
  • SELASA: Fiqh & Hadits
  • RABU: Bahasa Arab, Nahwu & Shorrof
  • KAMIS: Al Qur'an (Tajwid)
  • SABTU: Ibroh & Lirik Sya'ir
  • AHAD: Amalan Harian

Home » Hadits

Fiqh Hadits

Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar


Assalamualaikum sahabat cendekia.

Agak lama Admin tidak ikut nimbrung di Blog Cendekiawan Santri ini, pada kesempatan kali ini kita akan mulai mengkaji kitab Fiqh yang cukup populer dikalangan para santriwan santriwati.


Yaitu sebuah kitab yang dikarang dan disusun oleh Syeikh Imam Al-Faqih Al-Muhaddits: Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad bin Abdul Mukmin Al-Hushni Al-Husaini Ad-dimasqi As-Syafi'i, semoga senantiasa tambahan rahmat dan berkeah tercurahkan kepada beliau.


Dengan kearifan dan keluhuran ilmunya, beliau berhasil menyajikan kitab yang sangat mudah dipahami oleh setiap santri yang baru belajar ilmu agama. KIFAYATUL AKHYAR adalah sebutannya, menganalisis tatacara beibadah yang baik dan benar.


Sebab dari tersusunnya kitab ini karena Syeikh taqiyuddin diminta oleh para sahabat dan teman-temannya, untuk menciptakan sebuah kitab yang mudah untuk dipahami dan dengan ringkas namun mengandung makna dan pengertian yang luas.


Hal ini diterangkan dalam MUKADDIMAH kitab Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar. Beliau mengijabah permintaan para sahabatnya, begitupula karena beliau mengetahui betapa pentingnya mempelajari Ilmu Agama ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW.


مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ

حديث شريف

"Barang siapa yang Allah kehendaki untuk menjadi orang yang baik, maka Allah berikan Ilmu Pengetahuan kepadanya untuk memahami Agama-Nya." 

Dengan tujuan utamanya adalah mengetahui cara beribadah kepada Allah dengan baik, sehingga dapat menjadikan kita semakin mudah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

Karena apabila ibadah kita tidak didasari dengan ilmu, maka semuanya akan sia-sia saja. Maka mempelajari Ilmunya juga sanagat penting, dalam kaidah santri Ilmu yang membahas tentang Ushul dan Tatacara Ibadah dengan benar disebut dengan Ilmu Fiqh. dan keutamaan mempelajarinya sangat penting, karena tidak ada ibadah yang lebih utama bagi Allah kecuali mengetahui cara beribadahnya dengan benar.

Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW:

مَاعُبِدَ اللهُ سُبْحَانُهُ بِشَيْئٍ اَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِى الدِّيْنِ

"Tidak ada ibadah yang lebih utama bagi Allah, daripada beribadah dengan belajar Ilmu Fiqh (Ilmu Pengetahuan tentang beragama)". HR. Turmudzi dalam kitab Jami'nya.

--- Untuk Kajian Kifayatul Akhyar secara khusus silahkan mengunjungi link dari situs kajian kifayatul akhyar kami:


KUNJUNGI KAJIAN KAMI
read more
cerpen cerdas cerpen islami Hadits

Keutamaan Duduk Didalam Masjid



Dunia merupakan ladang unttuk akhirat. Yaitu kita sebagai manusia hamba Allah untuk memperbanyak bekal untuk alam akhirat yang kekal abadi yang mana di dunia ini hanyalah sementara. Memperbanyak amal kebaikan dengan cara seperti memperbanyak shadaqah,mencari ilmu,beri'tikaf duduk di dalam masjid,membaca wirid ataupun zikir dll.

 Di riwayatkan dari Abi Waaqid al-Laitsi bahwasannya Rasulullah Saw. suatu ketika duduk didalam masjid bersama para sahabat. Kemudian datanglah 3 orang, 2 orang menghadap rasulullah sedangkan 1-nya pergi menjauh dari rasulullah. Keduanya berhenti di depan rasulullah Saw., Salah satu dari keduanya itu melihat ada yang kosong di tengah majlis akhirnya ia masuk ke dalam majlis halaqah rasulullah itu. Sedangkan satu-nya lagi duduk dibelakang halaqah itu. Adapun yang ketiga itu menjauh dan pergi.

 Kemudian rasulullah Saw. bersabda :"apakah ingin saya kabarkan tentang 3 orang tadi ? Adalah orang pertama itu, ia meminta perlindungan kepada Allah maka Allah akan melindunginya. Dan orang kedua itu ia malu kepada Allah maka Allah juga malu kepadanya. Dan orang yang ketiga yang terakhir itu ia berpaling kepada Allah maka Allah pun berpaling kepadanya."

read more
Hadits tauhid

Keistimewaan Bulan Rajab - Cendekiawan santri

Keutamaan Bulan Rajab - Cendekiawan Santri


Halo sahabat cendekiawan santri.. Kali ini kita akan membahas tentang bulan Rajab. 

Bulan Rajab adalah bulan yang agung. Bahkan bisa dikatakan bulan Rajab untuk mempersiapkan diri untuk menuju bulan Ramadhan. Berikut ini beberapa keistimewaan yang dimiliki bulan Rajab :

  1.  Orang yang melakukan amal ibadah khususnya ibadah puasa, membaca  istighfar, dan bertaubat itu pahalanya besar.
  2. Dikabulkannya Do'a pada malam pertama bulan Rajab. Sebagaimana rasulullah ﷺ bersabda :خَمْسّ لَيَالٍ لَا  تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ :أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ ، وَلَيْلةُالنِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةُ النَّحْرِ۔(أخرجه السيوطي في الجامع)
    Artinya : "Lima malam yang orang berdo'a di malam itu tidak akan ditolak : 1.malam pertama bulan Rajab 2.malam Nisfu Sya'ban 3.malam jum'at  4.malam  Hari Raya idul fitri 5.malam Hari Raya idul adha
  3. Pada malam ke 27 Rajab, rasulullah melakukan isra' mi'raj yaitu perjalanan rasulullah yang dilakukan pada malam Hari dari masjidil Haram sampai ke masjidil aqsha kemudian beliau naik ke atas langit menuju sidratul muntaha. Begitu singkatnya. Hemm.. Nantikan artikel kisah isra' mi'raj kami ya😉....
  4. Bulan Rajab termasuk bulan اشهر الحرم. Bulan اشهر الحرم yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah,Muharman, Dan Rajab. 3 berurutan 1 sendirian. (source :kitab kanzun najah wa surur) 


Ini merupakan keutamaan bulan Rajab yang kita Sebagai umat Muslim bisa memanfaakan bulan Rajab ini untuk memperbaiki diri kita masing-masing untuk menghadapi bulan mulia, bulan Ramadhan.

Semoga kita termasuk yang Allah berikan hidayah untuk selalu beramal Sholeh. Wallahu a'lam. 

read more
Hadits Tasawwuf

Hukum mengucapkan selamat natal kepada non muslim

Hukum mengucapkan selamat natal kepada non muslim


     Assalamu'alaikum wr. wb. para cendekia sekalian, pada kali ini kami akan membagikan pengalaman pribadi mimin nih, siapa tau aja manfaat buat kalian semua terutama bagi mimin sendiri, mimin akan bercerita tentang masalah toleransi beragama, pernah dengarkan percakapan orang muslim dengan orang non muslim versi Buya Hamka, ya agak persislah dengan cerita tersebut. Ok langsung sajalah ya.....

Cendekiawan Santri - Hukum mengucapkan selamat natal kepada non muslim


Suatu malam kami para Santri Ad-Dzikro berkumpul seperti biasa dikamar Thullab (santri) lalu ada seorang santri sebut saja namanya si A yang meminjam hp saya dan mendengarkan ceramah Habib Taufiq bin As-segaf bertemakan Haram mengucapkan Selamat natal, kebetulan ada temennya sebut saja si B, Mungkin karena mempunyai toleransi yang tinggi ( atau pemahaman yang kurang mujngkin) si B 

Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?

Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6).


Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167).

Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

اجتنبوا أعداء الله في عيدهم

“Jauhilah orang-orang kafir saat hari raya mereka” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi di bawah judul bab ‘terlarangnya menemui orang kafir dzimmi di gereja mereka dan larangan menyerupai mereka pada hari Nairuz dan perayaan mereka’ dengan sanadnya dari Bukhari, penulis kitab Sahih Bukhari sampai kepada Umar). Nairuz adalah hari raya orang-orang qibthi yang tinggal di Mesir. Nairuz adalah tahun baru dalam penanggalan orang-orang qibthi. Hari ini disebut juga Syamm an Nasim. Jika kita diperintahkan untuk menjauhi hari raya orang kafir dan dilarang mengadakan perayaan hari raya mereka lalu bagaimana mungkin diperbolehkan untuk mengucapkan selamat hari raya kepada mereka.
islam mulia dan mengajarkan akhlaq terpuji
Allah Ta’ala berfirman,

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)

Tidak samar lagi, bahwa sebagian kaum muslimin turut berpartisipasi dalam perayaan natal. Lihat saja ketika di pasar-pasar, di jalan-jalan, dan pusat perbelanjaan. Sebagian dari kaum muslimin ada yang berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum  muslimin untuk menyerupai kaum kafir.

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Allah Ta’ala telah berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).

read more
Amalan Harian Fikih Islam Fiqh Hadits Info & Berita Islam

Amalan Mustajab Seusai Jumatan


Syair ini pada tahun 1950an kerap dilantunkan orang-orang tua. Demikian diceritakan orang-orang tua di masa kini. Syair yang juga dipopulerken Gus Dur ini kerap dinisbahkan kepada seorang legenda yang sangat cendekia dan jenaka. Walhasil syair ini keluar dari seseorang yang dikenal dengan sebutan Abu Nawas atau Abu Nuwas.

Tidak salah kalau syair berikut ini memiliki tempat di hati kalangan orang-orang baik. Selain kandungannya yang berbobot, syair ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembacanya sebagaimana anjuran salah seorang ulama besar yang menghimpun syariat dan hakikat Syekh Abdul Wahhab Sya’roni. 

Sayid Bakri bin M Sayid Syatho Dimyathi dalam karyanya I‘anatut Tholibin mengutip ucapan Syekh Abdul Wahhab Sya’roni.

 عن سيدي عبد الوهاب الشعراني ـ نفعنا الله به ـ أن من واظب على قراءة هذين البيتين في كل يوم جمعة، توفاه الله على الإسلام من غير شك، وهما:

إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا   وَلَا أَقْوَى عَلَى نَارِ الجَحِيْمِ 

فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ   فَإِنَكَ غَافِرُ الذَنْبِ العَظِيْمِ

Dari Syekh Abdul Wahhab Sya’roni--semoga Allah memberikan maslahat kepada kita berkat Syekh Wahhab--bahwa siapa saja yang melazimkan dua bait ini setiap hari Jumat, maka Allah akan ambil ruhnya dalam keadaan Islam tanpa ragu sedikit pun. 

Kedua bait syair itu berbunyi: Ilahi lastu lil Firdausi ahla # Wa la aqwa ala naril jahimi / Fa hab li taubatan waghfir dzunubi # Fainnaka ghafirudz dzanbil ‘azhimi. (Tuhanku, aku bukanlah penghuni yang pantas surga-Mu. Aku pun tidak sanggup masuk neraka. Karena itu, bukalah pintu tobat-Mu. Ampunilah segenap dosaku. Karena sungguh Engkau ialah Zat yang maha pengampun)  

Perihal berapa kali dan jam berapa, memang tidak disebutkan oleh Syekh Wahhab. Namun, Sayid Bakri mengutip pendapat sebagian ulama yang mengamalkan syair tersebut.

ونقل عن بعضهم أنها تقرأ خمس مرات بعد الجمعة

Dikutip dari sejumlah ulama bahwa dua bait syair itu dibaca sebanyak 5 kali setelah mengerjakan shalat Jumat. 

Kalau hanya membaca lima kali setiap pekan, amalan ini dengan faidahnya yang luar biasa tampaknya ringan. Artinya, sayang kalau dilewatkan begitu saja. Syair ini bisa dibaca sebelum meninggalkan sajadah Jumatan. Setelah Ashar pun tidak menjadi masalah. Wallahu A‘lam. (Alhafiz K)
read more
Bahtsul Masail Hadits

Mengupas Tentang Prahara Jumat 15 Ramadhan

          Assalamualaikum para sahabat CS sekalian, karena ada dari kalian yang ngeDM al-faqir via WA mengenai terjadinya sesuatu ditanggal 15 Ramadhan yang bertepatan hari jum'at ini, dan meminta tanggapan.



          Akhirnya al-faqir memutuskan untuk membahas disini saja. Simak baik-baik ya! jangan lupa jika ada pertanyaan atau kritikan tulis aja dikomentar.

          Al-faqir disini membahas sebuah hadist tentang terjadinya teriakan keras pada saat tanggal 15 Ramadhan bertepatan hari atau malam Jum'at yang mendadak viral.

          Karena Ramadhan kali ini ya memang pas pertengahan Ramadhan malam jum'at, mungkin itu juga yang menjadi salah satu pemicu viral.

          Sebelumnya kita harus tau siapa perawi hadist tersebut, karena jika ingin dijadikan hujjah harus perawi yang tsiqah. Sedangkan hadist ini disampaikan oleh Nu'aim bin Hammad.

          Jadi siapa Nu'aim bin Hammad? Beliau adalah pengarang kitab Al-Fitan, Ahli hadist banyak yang mengkritik beliau, salah satunya Imam An-Nasa'i pernah mengatakan "Dia adalah orang yang lemah".

          Sedangkan mengenai hadistnya yang sedang viral ini banyak Ulama' yang mengatakan Dho'if bahkan ada yang mengatakan Palsu. karena disanadnya sendiri banyak yang tidak dapat diterima untuk lebih mendalami ini kalian bisa mempelajari di Mustolah Hadist.

          So jadi warga yang cerdas para sahabat CS sekalian, Sharing dulu sebelum Saring, tetap jangan panik. Dan pastinya tetap giat ibadah ya meski dalam Pandemi Covid-19 ini.
read more
akhlaq cerpen islami Hadits Info & Berita Islam Tasawwuf

3 Perkara di dunia yang disukai oleh Allah, Rosulullah dan Para Sahabat-Nya

3 Perkara di dunia yang disukai oleh Allah, Rosulullah dan Para Sahabat-Nya - (Group Whatsapp Cendekiawan Santri)

by: Ahmad Muttaqin - +62 853-6705-xxxx (Group Whatsapp Cendekiawan Santri)

Pada suatu hari Rasulullah SAW duduk bersama sahabatnya & bertanya kepada mereka.

Bermula ditanyakan kepada Sayyidina Abu Bakar ra, “Apa yang kamu suka dari dunia ini?”

Dan berkatalah Saidina Abu Bakar ra
“Aku suka dari dunia ini tiga perkara:

  1. Duduk duduk bersama Rasulullah SAW.
  2. Melihat wajah mu ya Rasulullah SAW
  3. Aku korbankan hartaku untukmu ya Rasulullah SAW ”


Lalu Rasulullah bertanya dengan Sayyidina Umar ra. “Bagaimana pula denganmu ya Umar?”

Jawab Sayyidina Umar ra.
“Ada 3 perkara juga yang aku suka:

  1. Membuat kebaikan walaupun dalam keadaan manusia tidak mengetahuinya.
  2. Mencegah kemungkaran walaupun dalam keadaan terang-terangan.
  3. Berkata yang benar walaupun pahit”


“Dan bagaimana pula denganmu wahai Uthman?”

Berkata Sayyidina Uthman ra.
“Ada 3 perkara yang aku suka:

  1. Memberi makan
  2. Memberi salam
  3. Bershalat malam di waktu manusia tidur”


“Bagaimana pula dengan kamu wahai Ali ra ?”

“Aku juga cintakan 3 perkara:

  1. Memuliakan tetamu
  2. Berpuasa di musim panas
  3. Dan memukul musuh dengan pedang”


Kemudian bertanya rasulullah saw pada Abu Dzar. ra, “Apa yang kamu suka di dunia ini?”

Berkata Sayyidina Abu Dzar ra 
“Aku suka 3 perkara di dunia ini:

  1. Lapar
  2. Sakit
  3. Mati”


Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Kenapa wahai Abu Dzar?”

Berkata Abu Dzar ra,
“Aku sukakan lapar karena untuk membersihkan hati. Aku sukakan sakit karena untuk mengurangkan dosaku. Aku sukakan maut karena untuk bertemu Tuhanku” Allah SWT.

Kemudian bersabdalah Rasulullah SAW
“Aku cintakan dari dunia ini 3 perkara:

  1. Wangian
  2. Wanita yang shalehah
  3. Shalat menjadi penyejuk mata ku”


Kemudian di waktu itu turunlah Malikat Jibril as memberi salam pada Rasulullah SAW & para sahabat.

Kemudian Malaikat Jibril mengatakan
"Aku sukakan di dunia kamu ini 3 perkara :

  1. Menyampaikan risalah
  2. Menunaikan amanah
  3. Cinta terhadap orang miskin”


Kemudian Malaikat Jibril naik ke langit & turun sekali lagi ke bumi & berkata “Sesungguhnya Allah SWT mengucapkan salam kepada kamu semua & Allah SWT berkata sesungguhnya Allah SWT suka pada dunia kamu ini 3 perkara:

  1. Lidah yang sentiasa berzikir
  2. Hati yang sentiasa khusyuk
  3. Jasad yang sabar menanggung ujian”


Semoga bermanfaat
read more
Bahtsul Masail Fikih Islam Fiqh Hadits Hadits tentang Ramadhan

Hukum Memperingati dan Merayakan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW

Hukum Memperinati dan Merayakan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW - Cendekiawan Santri

Isra Mi’raj dan Hukum Memperingatinya
Oleh : Ust. Mahfudz
(Sekretaris LBM NU Lampung)

DI bulan ini, yaitu Bulan Rajab, kaum muslimin biasa memperingati satu peristiwa yang sangat luar biasa, yaitu peristiwa perjalanan Rasulullah SAW dari Makkah ke Baitul Maqdis, kemudian naik ke Sidratul Muntaha menghadap Pencipta Alam Semesta.

Peristiwa ini tidak akan dilupakan kaum muslimin. Karena pada Isra Mi’raj ini lah turunnya perintah Allah untuk mengerjakan sholat lima waktu.

Untuk memperingati dan memaknai peristiwa yang luar biasa tersebut, biasanya kaum muslim mengadakan sebuah kajian. Taffakur, pengajian, dzikir dan acara-acara lain yang berkaitan dengan pemaknaan Isra Mi’raj itu sendiri dalam rangka menanamkan rasa kebanggaan serta menumbuhkan rasa kecintaan dengan ajaran Islam dalam hati para pemeluknya.

Peringatan Isra Miroj Nabi Muhammad SAW adalah sebuah momentum penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bentuk rasa syukur, bahagia dan bangga atas diutusnya Nabi Muhammad SAW yang membawa petunjuk sepanjang zaman, juga sebagai ajang mempererat persatuan dan kesatuan umat Islam.

Kalau ada sebagian golongan yang mengatakan bahwa memperingati Isra Mi’raj hukumnya bid’ah, itu adalah hak mereka.

Menurut hemat kami, peringatan Isra Mi’raj bisa disamakan dengan peringatan Maulid Nabi. Jika Nabi Muhammad SAW sendiri dan para sahabat tidak pernah melakukannya bukan berarti hal tersebut tidak diperbolehkan berdasarkan satu qoidah fiqhiyyah:

الأَصْلُ فِي العَادَاتِ وَالُمعاَمَلاتِ الإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى التَّحْرِيْمِ

“Hukum asli adad dan mu’amalat adalah boleh, sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya”.

Peringatan-peringatan seperti Isra Miraj, Maulid Nabi, dan Tahun Baru Hijriyyah adalah sebuah budaya atau tradisi masyarakat bukan sebuah Ibadah, sehingga penilaian yang ada hanya berkisar dicintai atau dibenci oleh syari’.

Sementara Rasulullah SAW telah bersabda,

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ فَعَلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا, وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ فَعَلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.

“Barang siapa menciptakan tradisi baru yang bagus, maka ia akan mendapat pahalanya dan pahala orang yang ikut mengerjakannya, dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka dan barang siapa yang menciptakan tradisi baru yang jelek, maka ia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang ikut mengerjakannya, dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.”

Hadits ini jelas merupakan anjuran untuk bisa kreatif, maksudnya setiap orang islam dianjurkan oleh Rasulullah saw agar bisa mengembangkan apa saja yang sudah disampaikan dan diajarkan oleh beliau, baik melalui kalam Illahi atau sunnah Rasulullah SAW, tidak peduli dengan tata cara, model prilaku, ketentuan, tindakan atau peraturan apapun, asal tidak keluar dari riel dan koredor syar’i.

Misalnya Rasulullah SAW perintah agar umatnya bersedekah. Apakah sesat kalau mereka membuat nasi tumpeng dan ingkung ayam terus disedekahkan? Misalnya lagi, Rasulullah memerintahkan umatnya agar menuntut ilmu, membaca Alquran dan bersilaturrahim. Apakah sesat kalau mereka membentuk jama’ah yasin dan tahlil, jama’ah khotmil Quran, jama’ah istighotsah dan lain-lain, sebagai wadah untuk mempererat tali silaturrahim, mempererat ukhuwwah islamiyyah, dan sebagai lahan bagi mereka untuk menimbah ilmu, membaca Alqur’an dan bersedekah?

Tentu jawaban dari semua itu adalah tidak sesat. Begitupun peringatan-peringatan seperti Isra Miraj dan Maulid Nabi adalah sebuah tradisi masyarakat, sebagai wujud rasa syukur terhadap al-Kholiq dan rasa mahabbah terhadap Rasul dan kekasih-Nya.

Kiranya hanya ini yang bisa saya tulis, mudah-mudahan bermanfaat. Silahkan kunjungi situs-situs lain yang menganggap bahwa peringatan-peringatan seperti Maulid Nabi, Isra Miraj bukanlah bid’ah, mungkin akan anda temukan dalil-dalil lain yang dapat menguatkan dalil-dalil yang ada di sini.

Wallahualam.(*)
read more
Bahtsul Masail Fikih Islam Fiqh Hadits

Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad di Langit Pertama

Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia, ada seseorang yang berdiri di pintu-pintu langit. Kemudian memasukinya. Dan bertemu dengan mereka yang ada di dalamnya. Orang tersebut adalah Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

isra miraj langit pertama cendekiwan santri

Tiba di Langit Dunia


Langit pertama yang juga dikenal dengan langit dunia adalah persinggahan berikutnya Nabi Muhammad. Sebelumnya, beliau mengendari Burak dari Mekah menuju Jerusalem. Setelah itu beranjak menaiki tangga menuju langit pertama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَانْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ، فَقِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قِيلَ: مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ المَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ

Kemudian Jibril beranjak bersamaku hingga kami tiba di langit dunia. Ia meminta dibukakan. Penjaga langit pertama bertanya, “Siapa?” “Jibril”, jawabnya. Ia kembali bertanya, “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad.”

“Apakah ia diutus kepada-Nya”, tanyanya lagi. “Iya”, jawab Jibril. Malaikat itu berkata, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba.” Ia pun membuka (pintu langit).

Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia seorang manusia, dalam keadaan hidup, berdiri di pintu-pintu langit. Menunggu pintu-pintu itu dibukakan untuknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam paham betul bahwa langit-langit itu memiliki pintu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala tatkala menyifati orang-orang kafir.

لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit…” [Quran Al-A’raf: 40].

Dan firman Allah ketika mengisahkan kebinasaan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” [Quran Al-Qamar: 11].

Karena itu, ketika berdiri di depan pintu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“فَضَرَبَ -أي جبريل- بَابًا مِنْ أَبْوَابِهَا..”.

“Dia mengetuk -yaitu Jibril- pintu-pintu…”

Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengabarkan kepada kita tentang pintu tersebut. Bagaimana bentuknya. Warnanya. Dan sifat-sifatnya. Karena itu, kita pun tidak berkepentingan menerka-nerka dan membayangkan bagaimana bentuk pintu-pintu langit itu.

Penjaga pintu langit itu menanyakan siapa yang mengetuk. Hal ini menunjukkan yang di dalam langit tidak mengetahui siapa yang berada di luar. Atau penjaga langit itu tidak mengenal perwujudan Jibril dalam bentuk manusia ketika itu. Ketika Jibril menyebutkan dirinya, ia bertanya tentang siapa yang bersamanya. Dalam riwayat al-Bukhari dari Abu Dzar, penjaga langit itu bertanya,

هَلْ مَعَكَ أَحَدٌ؟

“Apakah engkau bersama seseorang?”

Dari riwayat ini, kita bisa memahami penjaga langit tidak melihat siapa yang di luar. Jibril pun menjawab,

نَعَمْ مَعِي مُحَمَّدٌ

“Iya, aku bersama Muhammad.”

Jawaban ini merupakan bentuk pengagungan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ini menunjukkan bahwa penghuni langit mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum peristiwa ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita sifat langit dunia. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

“إِذَا قَضَى اللهُ الأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الحَقَّ، وَهُوَ العَلِيُّ الكَبِيرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ -وَوَصَفَ سُفْيَانُ (هو سفيان بن عيينة أحد رواة الحديث) بِكَفِّهِ فَحَرَفَهَا، وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ- فَيَسْمَعُ الكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الكَاهِنِ، فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ، فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا. فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنَ السَّمَاءِ.

“Apabila Allah memutuskan sebuah perintah di langit, para malaikat menundukkan sayap-sayap mereka dengan penuh takut, bagaikan suara rantai yang ditarik di atas batu putih. Apabila telah hilang rasa takut dari hati mereka, mereka bertanya, ‘Apa yang dikatakakan oleh Tuhan kalian?’ Jibril menjawab, ‘Tentang kebenaran dan Ia Maha Tinggi lagi Maha Besar’. Lalu para pencuri berita langit (setan) mendengarnya. Mereka para pencuri berita langit itu sebagian mereka di atas sebagian yang lain.

-Sufyan (rawi hadits) mencontohkan dengan jari-jarinya- yang paling di atas mendengar sebuah kalimat lalu membisikannya kepada yang di bawahnya. Kemudian selanjutnya ia membisikan lagi kepada yang di bawahnya. Dan begitu seterusnya sampai ia membisikannya kepada tukang sihir atau dukun. Kadang-kadang ia disambar oleh bintang berapi sebelum menyampaikannya atau ia telah menyampaikannya sebelum ia disambar oleh bintang berapi. Kemudian setan mencampur berita tersebut dengan seratus kebohongan. Orang-orang berkomentar: bukankah ia telah berkata kepada kita pada hari ini dan ini… maka ia dipercaya karena satu kalimat yang pernah ia dengan langit tersebut’.” (HR. al-Bukhari, 4/1804 (4522)).

Peristiwa mendengar ini terjadi ketika diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah Ta’ala:

فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

“Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” [Quran Jin: 9]

Dan firman Allah Ta’ala:

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7) لاَ يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإِ الأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8) دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (9) إِلاَّ مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” [Quran Ash-Shaffat: 6-10].

Berangkatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke langit merupakan peristiwa istimewa. Karena itu, penjaga pintu langit menyambut beliau dengan bahagia dan mengucapkan, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba.”

Namun demikian, rasa bahagia penyambutan Nabi ini tidak membuat mereka luput dari amanah dalam menjaga pintu langit. Mereka tetap bertanya, “Apakah dia diutus kepada-Nya?” Padahal Jibril adalah pemimpin mereka. Pemimpin mereka membawa manusia yang mereka kenal sebagai manusia mulia. Yang tidak mungkin kedatangan manusia sampai ke pintu langit dan didampingi Jibril, pasti atas izin Allah. Tapi mereka tetap menanyakan hal itu. Hal ini menunjukkan betapa malaikat tidak memaksiati Allah dalam tugas-tugas yang Allah berikan pada mereka.

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” [Quran An-Nahl: 50].

Kemudian penjagan pintu langit pun membukakan pintu. Jibril memasuki langit pertama bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di sini, Nabi Muhammad berjumpa dengan bapak manusia, Adam ‘alaihissalam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

فَلَمَّا فَتَحَ عَلَينَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ، وَعَلَى يَسَارِهِ أَسْوِدَةٌ، إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالاِبْنِ الصَّالِحِ. قُلْتُ لِجِبْرِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا آدَمُ، وَهَذِهِ الأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ، فَأَهْلُ اليَمِينِ مِنْهُمْ أَهْلُ الجَنَّةِ، وَالأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَّارِ، فَإِذَا نَظَرَ عَنْ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى

Ketika pintu langit dibukakan untuk kami, ternyata ada seseorang yang sedang duduk. Di sebelah kananya terdapat sekelompok besar orang. Demikian juga di sebelah kirinya. Apabila ia menoleh ke sebelah kanan, ia tersenyum. Saat menoleh ke sebelah kiri, ia menangis.

Lalu orang itu berkata, ‘Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril menjawab, Dialah Adam Alaihis Salam, dan orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya adalah para ahli surga sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya dia menangis.’ (HR. al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah (342)).

Pertemuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Nabi Adam ‘alaihissalam di langit pertama merupakan penggambaran yang jelas. Adam adalah manusia pertama. Ia adalah ayah dari semua manusia. Termasuk para nabi. Ia berjumpa dengan putranya yang paling mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk orang yang paling berbahagia dengan kemuliaan keturunannya ini. Kegembiraan itu terlihat dari ucapan beliau:

مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالاِبْنِ الصَّالِحِ

“Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.”

Dalam riwayat lain disebutkan:

مَرْحَبًا وَأَهْلاً بِابْنِي، نِعْمَ الاِبْنُ أَنْتَ

“Selamat datang wahai anakku. Engkau adalah sebaik-baik anak.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid (7079)).

Peristiwa yang menjadi perhatian dalam pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Adam adalah berkumpulnya semua ruh manusia di sekitar Nabi Adam. Ruh-ruh penghuni surga berkumpul di sebelah kanan beliau. Sedangkan ruh-ruh penghuni neraka berada di sisi kirinya. Beliau tersenyum dan menangis. Senyuman beliau adalah ekspresi kebahagiaan. Sedang tangis beliau adalah wujud kasih sayang beliau terhadap anak-anaknya yang akan menemui tempat kembali yang buruk.

Bisa jadi juga beliau merasa bersalah karena beliau menjadi lantaran manusia turun ke bumi. Sehingga manusia berhadapan dengan ujian. Dan mereka gagal menghadapi ujian tersebut. Makna inilah yang beliau ungkapkan ketika berhadapan dengan manusia di Padang Mahsyar kelak. Beliau berkata,

وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنَ الجَنَّةِ إِلاَّ خَطِيئَةُ أَبِيكُمْ آدَمَ، لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ..

“Bukankah yang mengeluarkan kalian dari surga adalah kesalahan ayah kalian Adam. Aku tak layak memberi syafaat untuk kalian…” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman (195)).

Melihat 3 Sungai Surga

Di antara hal lainnya yang dilihat Nabi shallallahu antara langit pertama dan langit kedua adalah tiga sungai besar. Ketiga sungai itu adalah Sungai Nil, Sungai Eufrat, dan al-Kautsar.

فَإِذَا هُوَ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا بِنَهَرَيْنِ يَطَّرِدَانِ، فَقَالَ: مَا هَذَانِ النَّهَرَانِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا النِّيلُ وَالْفُرَاتُ عُنْصُرُهُمَا. ثُمَّ مَضَى بِهِ فِي السَّمَاءِ، فَإِذَا هُوَ بِنَهَرٍ آخَرَ عَلَيْهِ قَصْرٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ وَزَبَرْجَدٍ، فَضَرَبَ يَدَهُ فَإِذَا هُوَ مِسْكٌ أَذْفَرُ، قَالَ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ الَّذِي خَبَأَ لَكَ رَبُّكَ

“Ternyata di langit dunia ada dua sungai yang mengalir, Nabi Muhammad bertanya, ‘Dua sungai apa ini wahai Jibril? ‘ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Nil dan Eufrat.’ Kemudian Jibril terus membawa Nabi ke langit, tiba-tiba ada sungai lain yang di atasnya ada istana dari mutiara dan intan, Nabi memukulnya dengan tangannya, tiba-tiba baunya seperti minyak wangi adlfar. Nabi bertanya, ‘Ini apa wahai Jibril? ‘ Jibril menjawab, ‘Ini adalah telaga al Kautsar yang sengaja disimpan oleh Tuhanmu untukmu’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid (7079)).

Dalam perjalanan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat tiga sungai. Yang pertama dan kedua adalah Sungai Nil dan Eufrat. Keduanya akan beliau lihat kembali di langit ketujuh. Adapun al-Kautsar adalah sungai yang istimewa. Ia adalah hadiah yang Allah berikan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Airnya harum bak misik. Bahkan lebih hebat lagi. Ia merupakan sungai di antara sungai-sungai surga.
read more
akhlaq Hadits Tasawwuf

Hak dan Kewajiban orang tua terhadap anak


Hak dan Kewajiban orang tua terhadap anak

Hak dan Kewajiban orang tua terhadap anak


     Assalamu'alaikum para cendekia sekalian, Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kita akan membahas Hak dan Kewajiban orang tua terhadap anak. Dan sebelum menuju pembahasan, seperti biasanya marilah kita terlebih dahulu bermunajat puji syukur kepada Sang Kholiq Allah SWT, semoga kita bisa mendapat ridhonya fiddun ya wal akhiroh, dan juga Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang Insanul Kamil Nabi Muhammad SAW, semoga kerinduan kita kepada beliau selalu bertambah AAMIIN.

     (Penj) Orang tua disebut juga sebagai guru dan sekolah petama bagi seorang anak karena dari orang tualah seorang anak akan banyak belajar, dari bertingkah, berkata, dsb; maka dari itu penting bagi orang tua bisa mendidik anaknya dengan baik semenjak dini.


Beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua ketika mendidik anak-anaknya :


- Menjadi orang tua yang baik

     Sudah seharusnya orang tua menjadi tauladan yang baik bagi anaknya, dan didiklah mereka sesuai pada zamannya bukan dizaman kita, karena mereka hidup dizaman mereka sendiri bukan diera kita. Nah makanya selaku orang tua kita harus terus bisa mengikuti perkembangan zaman, apalagi dizaman sekarang dimana ilmu teknologi sedang maju dan berkembang sangat pesat dan didalamnya terdapat banyak sekali pengaruh positif dan juga negatif, kita selaku orang tua harus bisa menghadapinya dengan bijak, karena kalau kita tidak menanggapinya dengan serius kitalah yang akan tertinggal dan tidak bisa mendidik anak-anak kita secara maksimal.

- Memberikan nama yang baik

     Tidak asal-asalan ketika memberi sebuah nama

- Mengajarkan akhlaq dan budi pekerti sejak dini

     Sangat penting bagi orangtua untuk mengajarkan tatakrama kepada anak sejak dini, dan juga selalu memantau perkembangan si anak, dan melihat disekitar lingkungan dan juga teman-temannya, ini untuk mengantisipasi anak agar tidak salah pergaulan.

- Mengkhitan anak laki-laki

     Tidak ada batasan usia pasti, tergantung siap mentalnya anak

“Dari Abu Hurairah mengenai sabda Nabi, yaitu beliau bersabda bahwa: Fitrah itu ada lima, atau lima dari fitrah yaitu pertama adalah khitan, kedua mencukur rambut kemaluan, ketiga memotong kuku, keempat mencabut bulu ketiak, dan kelima adalah memotong kumis.” (HR. Muslim)

- Bersikap adil

     Maksud bersikap adil ini apabila salah satunya ibelikan sesuatu maka satunya harus dikasih juga dalam artian pantas diumurnya.

     contoh : kita punya dua orang anak sisulung (SMP) dan sibungsu (SD) maka ketika kita ngasih uang 5k buat sisulung maka kita ngasih uang juga ke sibungsu tp bilangannya tak harus sama sesuai standart aja entah itu 2k atau lainnya.




Demikianlah yang bisa kami sampaikan dalam artikel kali ini, Apabila ada kesalahan ataupun lainnya yang kurang berkenan dihati kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, Semoga artikel ini bermanfaat AAMINN.
read more
Fikih Islam Fiqh Hadits

Penjelasan masalah IDDAH lengkap dan ringkas

 Penjelasan masalah IDDAH lengkap dan ringkas

    Assalamu'alaikum Wr. Wb. para Cendekia sekalian pada artikel kali ini ini kita akan membahas rinci tentang masalah Iddah baik itu dari segi definisi serta batasan-batasan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada waktu Masa Iddah. Ok langsung disimak aja ya....

Apa itu Masa Iddah

     Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (العِدَّة) yang bermakna perhitungan. Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah.

     Nah menurut Istilah para ulama' Masa Iddah itu adalah sebutan suatu masa yang mana seorang wanita menangguhkan pernikahan setelah ia ditinggal mati atau diceraikan oleh sang suami.

- Dalil dari Al-Qur`ân tentang Masa Iddah  yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ (al-Baqarah/2:228)

*Quru' disini ada yang berpendapat suci adapula yang mengatakan haidh.

- Sedangkan Dalil dari As-Sunnah banyak sekali, salah satu diantaranya :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَسْلَمَ يُقَالُ لَهَا سُبَيْعَةُ كَانَتْ تَحْتَ زَوْجِهَا تُوُفِّيَ عَنْهَا وَهِيَ حُبْلَى فَخَطَبَهَا أَبُو السَّنَابِلِ بْنُ بَعْكَكٍ فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَهُ فَقَالَ وَاللَّهِ مَا يَصْلُحُ أَنْ تَنْكِحِيهِ حَتَّى تَعْتَدِّي آخِرَ الْأَجَلَيْنِ فَمَكُثَتْ قَرِيبًا مِنْ عَشْرِ لَيَالٍ ثُمَّ جَاءَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ انْكِحِي

Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” (HR al-Bukhâri no. 4906).


Hikmah Masa Iddah

Para Ulama' memberikan keterangan hikmah dari Masa Iddah tersebut diantaranya :
  1. Untuk memastikan wanita itu hamil apa tidak.
  2. Menghindari ketidakjelasan garis keturunan anak jika wanita tersebut langsung menikah.
  3. Masa Iddah disyari'atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan.
  4. Agar kedua belah pihak berpikir ulang untuk memutuskan tali kekeluargaan, terlebih dalam kasus perceraian.
  5. Untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang dicerai sedang hamil.

Keterangan

     Masa Iddah diwajibkan pada semua wanita yang berpisah dari suaminya dengan sebab : Talak, Khulu"(gugat cerai), Faskh (penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan syarat apabila sudah melakukan hubungan suami istri (Jima') atau telah diberi kesempatan dan kemampuan yang cukup untuk melakukannya.

     Nah dari keterangan diatas apabila wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum melakukan hubungan (jima') atau belum ada kesempatan untuk melakukannya, maka wanita tersebut tidak mempunyai Masa Iddah.

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. (Al-Ahzâb/33:49).



Rincian Masalah Iddah

Silahkan disimak :

- Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya.

Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya memiliki dua keadaan :

1. Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya ketika sedang hamil. Iddahnya berakhir setelah ia melahirkan Firman Allah SWT :

وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq/65:4).

Dan didalam hadits al-Miswar bin Makhramah Radhiyallahu anhu :

أَنَّ سُبَيْعَةَ الْأَسْلَمِيَّةَ نُفِسَتْ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ فَجَاءَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ أَنْ تَنْكِحَ فَأَذِنَ لَهَا فَنَكَحَتْ

Subai’ah al-Aslamiyah Radhiyallahu anhuma melahirkan dan bernifas setelah kematian suaminya. Lalu ia, mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas meminta idzin kepada beliau untuk menikah (lagi). Kemudian beliau mengizinkannya, lalu ia segera menikah (lagi). (al-Bukhâri no. 5320 dan Muslim no.1485).

2. Wanita tersebut tidak hamil. Jika tidak hamil, maka masa ‘iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Allah SWT berfirman

وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا ۖ فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allâh mengetahui apa yang kamu perbuat. (al-Baqarah/2: 234).


- Wanita yang diceraikan.

Wanita yang dicerai juga ada dua keadaan yaitu dengan

1. Talak raj'i (bisa rujuk)

Talak raj'i juga terbagi beberapa keadaan :

     A. Wanita yang masih dalam keadaan haidh.

Masa ‘iddah wanita jenis ini adalah tiga kali haidh, berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ.

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ (al-Baqarah/2: 228).

Menurut pendapat yang rajih, quru’ artinya haidh, berdasarkan hadits A’isyah Radhiyallahu anhuma yang berbunyi :

أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهَا أَنْ تَدَعَ الصَّلَاةَ أَيَّامَ أَقْرَائِهَا

Sesungguhnya ummu Habibah pernah mengalami pendarahan (istihadhah/darah penyakit), lalu dia bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi memerintahkannya untuk meninggalkan shalat pada hari-hari quru’nya (haidhnya). (HR Abu Dâud no. 252 dan dishahihkan syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dâud).

Oleh karena itu Ibnul Qayyim rahimahullah merajihkan pendapat ini dan mengatakan, “Lafazh quru’ tidak digunakan dalam syariat kecuali untuk pengertian haidh dan tidak ada satu pun digunakan untuk pengertian suci (thuhr), sehingga memahami pengertian quru’ dalam ayat ini dengan pengertian yang sudah dikenal dalam bahasa syariat lebih baik. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada orang yang kena darah istihâdlah

دَعِيْ الصَّلَاةَ أَيَّامَ أَقْرَائِكِ

Tinggalkan shalat selama masa-masa haidhmu. (Zadul Ma'ad, 5/609)

     B. Wanita yang tidak haidh.

Baik karena belum pernah haidh atau sudah manopause .Bagi wanita yang seperti ini masa ‘iddahnya adalah tiga bulan, Allah SWT berfirman :

وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. (At-Thalaq/65:4).

     C. Wanita Hamil.

Wanita yang hamil bila dicerai memiliki masa iddah yang berakhir dengan melahirkan, berdasarkan firman Allâh SWT :

وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ

Dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Ath-Thalaq/65:4).

     D. Wanita yang terkena darah istihadhoh.

Iddahnya sama dengan wanita haidh. Apabila ia memiliki kebiasaan haidh yang teratur maka wajib baginya untuk memperhatikan kebiasa'annya dalam haidh dan suci. Apabila telah berlalutiga kali haid maka selesai masa iddahnya (Mausu'atul Fiqhiah  Al-Muyassaroh 5/392)


2. Talak ba'in (talak  tiga)

Wanita yang ditalak tiga hanya menunggu sekali haidh saja untuk memastikan bahwa ia tidak hamil. Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah menyatakan "wanita yang dicerai dengan tiga kali talak masa iddahnya sekali haidh keterangan lebih blengkap silahkan lihat diMausu'atul Fiqhiah  Al-Muyassaroh 5/392-393.

- Wanita Yang Melakukan Gugat Cerai (Khulu’).

Wanita yang berpisah dengan sebab gugat cerai, masa ‘iddahnya sekali haidh (Mausu'atul Fiqhiah  Al-Muyassaroh 5/392), sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa hadits dibawah ini:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ اخْتَلَعَتْ مِنْ زَوْجِهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَعْتَدَّ بِحَيْضَةٍ

Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa istri Tsabit bin Qais menggugat cerai dari suaminya pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menunggu sekali haidh. (HR Abu Dâud dan at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâud no.1 950).



Contoh masalah yang kadang terjadi

Apabila seorang suami mentalak istri yang masih aktif haidh, lalu sang suami meninggal sedangkan Iddahnya belum selesai maka ia punya dua keadaan :

  • Apabila masih talak raj'i maka Iddahnya tiga kali quru' ditambah dengan empat bulan sepuluh hari
  • Apabila sudah talak ba'in maka Iddahnya tetap satu kali haidh saja karena sudah tidak berstatus istri

Sekedar pemberitahuan bahwa selama masa ‘iddah, tetap berada di rumah, tidak boleh keluar tanpa izin dari suami tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ ۖ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ ۚ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَٰلِكَ أَمْرًا

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) ‘iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu ‘iddah itu serta bertakwalah kepada Allâh Rabbmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allâh, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allâh Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. (at-Thalaq/65:1).

Begitu pula Masa Iddah wanita yang suaminya meninggal kecuali mempunyai urusan mendadak dan tidak bisa diwakilkan dan itupun keluar harus bersama mahram + tidak menimbulkan fitnah

==========

Demikian keterangan yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kesalahan maupun kekurangan baik segi penulisan ataupun yang lain kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, Semoga artikel ini bermanfaat AAMIIN.
read more
Hadits Tasawwuf

√Istananya sang pemaaf

*~ ISTANANYA SANG PEMAAF ~*

√Istananya sang pemaaf

Pada suatu hari, Rasulullah saaw sedang berkumpul dgn para sahabatnya.
Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah saaw tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.
Umar yang berada di situ, bertanya :
"Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"
Rasulullah saaw menjawab :
" Aku diberitahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT."
"Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata :
‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah SWT berfirman :
"Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun..?"
Orang itu berkata :
" Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya"
Sampai di sini, mata Rasulullah saaw berkaca-kaca.
Rasulullah saaw tidak mampu menahan tetesan airmatanya.
Beliau menangis...
Lalu, beliau Rasulullah saaw berkata :

"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."
Rasulullah saaw  melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi :
" Sekarang angkat kepalamu.."
Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata :
" Ya Rabb, aku melihat di depan ku *ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian..! "
"Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb ?"
"Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb ?"
Allah SWT berfirman :
" Istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata :
"Siapakah yang  mampu membayar harganya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
"Engkaupun mampu membayar harganya."
Orang itu terheran-heran, sambil berkata :
" Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"
Allah berfirman :
‘CARAnya, engkau MAAFkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.
Orang itu berkata :
"Ya Rabb, kini aku memaafkannya."
Allah berfirman :
"Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu..."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saaw berkata :
"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFKAN, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."

(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.)



==========
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam Surat Ali Imron ayat 133-134;

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ 
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ١٣٤

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sudah jama' dalam kehidupan kita, meminta maaf dan memaafkan adalah pekerjaan yang maha berat. Meski sudah menyadari kesalahan namun meminta maaf kepada mereka yang telah didzalimi dan disakiti bukan perkara yang mudah.
Ada semacam ego atau gengsi yang mencegah seseorang untuk mengatakan, “Aku minta maaf, aku telah bersalah.”
Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan karena ia merasa sedemikian mulia sehingga malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.
Sebaliknya, meski bisa menahan sakit akibat kedzaliman orang lain, memberi maaf juga bukan perkara yang mudah. Ada semacam rasa sakit yang tergores yang seakan-akan tidak bisa lepas dari ingatan dan akan senantiasa membekas.

Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berlapang dada dan pemaaf.
Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Memberi maaf orang atas kesalahan yang mungkin tidak disengajanya termasuk keutamaan tersendiri bagi orang yang tersakiti. Rasululllah bersabda,

ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shodaqoh, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan kemulyaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR.Tirmidzi)



Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah Surga. Beliau bersabda dalam hadits Ibnu Abbas;

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ : أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ ” .
“Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, “Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya.”


Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah karena tidak mampu membalas. Sebab memaafkan orang lain terutama seseorang mampu membalas merupakan kemuliaan karena ia belajar dari sifat-sifat Allah, yaitu Al-‘Afuwwu Al-Qoodiru (Yang Maha Memaafkan dan Maha Berkuasa).
Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga Allah.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”

“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani).*/Imron Mahmud

read more
Hadits Tasawwuf

Mencintai dan benci karena Allah | Bagaimana penjelasannya | Silahkan Simak jawabannya

 cinta dan benci karena Allah

Pertanya'an :
* Whatsapp : Saudara Bobby
+62 815-55**-****
Mas mau nanya, maksud dari mencintai karena Allah itu bagaimana?
Jawaban :
Yang dimaksud mencintai karena Allah adalah Kita mencintai seseorang yang mencintai Allah dan rasulnya, dan bisa jadi karena kita mengaguminya entah itu dari segi Ketaqwa'annya, kebaikannya, Akhlaqnya, DLL yang membuat kita mensyukuri karunia Allah serta mengagumi makhluq cipta'an -Nya, atau mungkin berdampak positif pada kita seperti kita bisa menjadi lebih baik dan semacamnya.
Atau bisa juga kita mencintai seseorang tersebut karena Allah juga mencintainya, misal seseorang tersebut baik dalam akhlaq, karena Allah menyukai orang yang berAkhlaqul karimah.

==========


Ibnu ‘Abbas berkata,
من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك،
ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة
مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.

Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak akan bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi)
     Dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ
Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542, shahih kata Syaikh Al Albani)
     Ketika kita mencintai saudara kita karena Allah, maka ungkapkanlah cinta tersebut dengan mengatakan, “Inni uhibbuk” atau “Inni uhibbuk fillah”. Lalu ketika saudaranya mendengar, maka balaslah dengan mengucapkan “ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu). Dan ini menunjukkan hendaknya cinta dan benci pada orang lain dibangun karena Allah, bukan karena maksud dunia semata.
==========
     Begitu juga dengan benci, kita tidak boleh membenci orangnya tapi kita boleh membenci sifat, dan juga budi pekertinya yang tidak baik.

read more
Hadits Hadits tentang Ramadhan Info & Berita Islam

Amalan menyambut bulan Ramadhan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuhu

Terimaksih, Allah telah melimpahkan rahmat dan inayahnya kepada kami dan kepada pembaca serta group Cendekiawan Santri semua

pada pembahasan kali ini kami admin Cendekiawan Santri ingin membagikan Amalan Ibadah Apa saja yang harus kita lakukan di dalam Bulan Ramadhan dan Menyambut Bulan Ramadhan ini,

kajian ini diambil dari Kitab Bulughul Marom yang dikarang Oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqolani dalam kitabnya menerangkan Pada BAB I'tikaf dan Menegakkan Bulan Romadhon, Halaman: 140, Hadits ke: 715 - 724

BAB I'TIKAF dan MENEGAKKAN ROMADHON
 romadhon

Hadits 715 :

"Dari Abi Hurairoh R.A. : sesungguhnya Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda, Barangsiapa yang menegakkan (menyambut kedatangan) Bulan Suci Ramadhan dengan Iman dan Amal Ibadah (1), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" HR : Muttafaqun 'Alaih

(1) yakni tidak mengharapkan sesuatu dalam menegakkan ibadah dibulan suci Ramadhan kecuali dengan niat : Taat kepada Allah SWT dan Mengharap Balasan dari Allah yg semata maka lakukanlah hal yg sedemikan itu dan Sholatlah dengan Sholat yang Khusus', jangan menyentuh / berbaur dengan wanita (yang bukan muhrim), Memperbanyak Membaca Al-Qur'an dan Tasbih serta Istighfar

Hadits 716 :
"Dari 'Aisyah R.A. berkata : sesungguhnya Nabi Muhammad Shollallhu 'Alaihi wa Sallam Tatkala sudah memasuki ke sepulub ( yakni Hari ke 10 Akhir dari Bulan Ramadhan) semakin kuat ikatan Pakaian-Nya dan Banhun Malam serta Membangnkan Keluarga-Nya" HR: Muttafaqun 'Alaihi

Hadits 717 :
" Dari 'Aisyah R.A. : sesungguhnya Nabi Muhammad Shollalhu 'Alaihi wa Sallam ber i'tikaf (menyendiri / mengurung diri) pada ke 10 Akhir dari Bulan Ramadhan, sampai Allah memawatkan baginda nabi, setelah itu diteruskan i'tikaf itu oleh Istri-istri Baginda Nabi" HR: Muttafaqun 'Alaihi

Hadits 718 :
"Dari 'Aisyah R.A. berkata : Nabi Muhammad Shollahu 'Alaihi Wasallam tatkala ingin melaksanakan i'tikaf maka Baginda menunaikan Sholat Fajar terlebih dahulu (Subuh) setelah itu beliau beri'tikaf" HR: Muttafaqun 'Alaihi

Hadits 719 :
"Dari 'Aisyah RA. berkata : jika Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam menampakkan Sirah-Nya (Kepala) kepadaku disaat Rosul berada di Masjid maka aku menghampiri-Nya, tatkala Beliau beri'tikaf tidak akan masuk ke Bait (Rumah) kecuali ada Hajat" HR: Muttafaqun 'Aliahi (Lafadz ini dari Imam Bukhori RA)

Hadits 720 :
"Dari 'Aisyah RA berkata : adapun sunnah atas orang yang beri'tikaf tidak menyinggahi orang sakit, tidak bersaksi atas orang mati, tidak menyentuh perempuan dan bersetubuh dengannya, tidak keluar karena keperluan kecuali sesuatu yg memang diharuskan untuk keluar, dan tidak beri'tikaf kecuali dalam keadaan berpuasa, * tidak beri'tikaf kecuali di Masjid yg Besar (1)" Diriwayatkan oleh Abu Dawud

(1) * tidak masalah bagi laki - laki, karena sesungguhnya Hadits yang lebih Kuat disebutkan sampai pada lafadz : "tidak beri'tikaf kecuali dalam keadaan puasa" titik, lafadz "tidak beri'tikaf lecuali di masjid yang besar" tidak disebutkan.

Hadits 721 :
"Dari Ibnu 'Abbas R.A : sesungguhnya Nabi Muhammad Shollallhu 'Alaihi Wasallam bersabda, tidak ada atas orang beri'tikaf suatu Puasa kecuali dijadikannya puasa itu atas kemaun dirinya sendiri" HR: Dawaquthni dan Al-Hakim,

Hadits 722 :
"Dari ibnu 'Umar RA : ada bebrapa laki-laki dari sahabat Nabi Muhammad SAW mengutarakan bermimpi Lailatu Qodar di hari ketujuh Akhir bulan Ramadhan, maka Raosulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda dikabarkanku tentang mimpi kalian yg telah disepakati pada hari ke 7 akhir bulan Romadhon, barang siapa yang menyelaraskannya maka yang cocok / sesuai adalah pada 7 akhir dari Bulan Romadhon" HR: Muttafaqun 'Alaih

Hadits 723 :
"Dari Mu'awiyah bin Sufyan RA dari Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda Malam Lailatul Qodar ialah pada 27 Bulan Romadhon, HR Abu Dawud. (Hadits yang Kuat), ada 40 perbedaan yang menerangkan malam lailatul qodar, dijelaskan didalam kitab Fathul Bari (2)

(2) berkata Al Hafidz setelah menerangkannya bahwa yang Keterangan yang paling Kuat diantara semua keterangan adalah sesungguhnya Malam Lailatul Qodar ada di setiap hari ganjil dari 10 Akhir bulan Ramadhan. ini diambil dan difahami dari hadits yang ada di pembahasan ini seperti itulah dalam Al Bukhori, dan kita kembalikan bahwa yang Terkenal (yang Jumhur) ialah pada malam ke 27 Ramadhan.

Hadits 724 :
"dari 'Aisyah RA berkata : saya bertanya Ya Rosulullah, ِketahuilah jika aku tahu bahwa malam itu malam lailatul qodar, apa yang harus aku katakan? Rosul Bersabda : katakanlah ( Allahumma Innaka 'Afuwwun Tuhibbul 'afwa Fa'fu 'Anni) wahai tuhanku sesungguhnya engkau maha pemaaf, cinta terhadap pema'af maka Ampunilah / Maafkanlah hamba" HR: Lima Imam (Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, kecuali Abu Dawud ) dan disohihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.


Sekian Kajian Kali ini, Semoga Allah memberikan Manfaat dan Barokah, serta mengampuni kesalahan kami baik dalam menulis atau menerjemahkan isi Hadits Rosulillah Shollallahu 'Alaihi Wasallam. Aminn

Terimakasih
read more

Terpopuler

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang

Biografi Singkat Abuya Nurhasanuddin bin Abdul Latif Pengasuh Pondok Pesantren Darussa'adah Malang Abuya Nurhasanuddin lahi...
read

Lafadz HINDUN ( هِنْدٌ ) Termasuk pada Isim Munshorif apa Isim Ghoiru Munshorif ??

Pertanyaan: Lafadz  هندٌ  itu termasuk isim  munshorif atau isim  ghoiru  munshorif , jika termasuk isim ghoiru munshorif mengapa dit...
read

Download ebook Kunuzussa'adah pdf | Ma'had Darussa'adah Al-Islamy

     Assalamu'alaikum Wr.  Wb.      Para cendekia sekalian pada kali ini kami akan berbagi file dokumen Kunuzussa'adah   (pdf)...
read

Alfiyah Ibnu Malik (Keutamaan dan Ringkas Nadhomnya)

Masih di dalam BAB MUQODDIMAH Alfiyah Ibnu Malik,  Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Alfiyah ...
read

Penjelasan ringkas syair - عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّرِّ | Cendekiawan Santri

sebagian ahli syair menyatakan : عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوْقِيْهِ وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ ...
read

Find Us Facebook

Design by Desain Profesional